1 Jejak Rasa

Putri Rafi
Chapter #11

Penyematan

Fira nyaris terlambat datang ke sekolah, gara-gara semalam ia baru bisa tidur pukul 12 malam. Jika tidak dibangunkan Riri, bisa saja dia tidak masuk ke sekolah. Tepat satu langkah kaki mereka melewati gerbang, bel tanda masuk berbunyi. Fira dan Riri langsung berlari kencang menuju kelas.

Tiba dikelas, mereka melihat gerombolan siswa berseragam hitam-putih sama seperti Fira dan Riri, berjalan menuju lapangan besar. Mereka meletakkan tas begitu saja, lalu kembali berlari ke lapangan besar. Ketika melihat kumpulan para siswi, Fira dan Riri ikut bergabung.

Nafas mereka terengah-engah, untungnya cuaca dingin sehingga tidak merasa haus. Lengkap sudah, ada Lia, Nara, Desi, Claudia dan Meli.

“Eh. Kalian berdua baru datang, ya?” tanya Desi.

“Iya. Tadi aku bangun kesiangan,” jawab Fira.

“Ya ampun, kok bisa?” Sambung Nara dengan logat khas Makassar.

“Semalam susah tidur,” ujar Fira.

“Sama, aku juga. Biasalah, kan baru pertama kali kos. Tapi karena kos aku tepat di depan sekolah, jadi enggak terlambat. Tinggal menyeberang saja!” sahut Meli.

Mereka semua tertawa, mendengar ucapan Meli dengan logat Jawa yang sangat medok.

Mata Claudia melebar dan berkata, “Bisa-bisanya kamu dapat kos di sana? Enggak ada pemberitahuan juga kalau itu kos-kosan, ya kayak rumah biasa saja ....”

Meli ber-decak, “Oh, tidak bisa. Ada perjanjian khusus antara Mamakku dan pemilik kos, hehehe ....

“Wah hati-hati, Mel! kosmu bisa dijadikan markas buat bolos sekolah,” Nara ikut menimpali.

Riri menepuk lengan Nara, “Eh, kamu sudah punya niat bolos? Belum juga mulai belajar, sudah ada pikiran bolos."

“Kamu dari Madura ya? logatnya khas banget ...,” komentar Lia.

Riri mengangguk.

Nara menggaruk pelipisnya yang tidak gatal, “Um ..., enggak ada niatan bolos sih. Tapi biasanya kan begitu, hehehe ....”

Tawa pun pecah, bahkan terdengar ke banyak orang dan membuat para siswa menoleh ke arah mereka, kumpulan para siswi yang hanya berjumlah 7 orang.

Seorang senior memberitahukan, bahwa upacara pembukaan Masa Orientasi Siswa (MOS) akan segera dimulai melalui pengeras suara. Tak lama datang para senior, yang mengenakan seragam khas berwarna coklat muda. Suasana berubah menjadi hening.

Pak Muntiono berlari dan mengambil microphone yang dipegang oleh salah satu senior. “Perhatian! Yang bernama Edwin dari Surabaya dan Fira dari Samarinda, segera maju ke depan,” ucapnya.

Fira tersentak. Ia masih ragu, apa benar barusan namanya yang disebut.

Lihat selengkapnya