1 Jejak Rasa

Putri Rafi
Chapter #12

Rindu

Sore hari, Fira dan Riri menyusuri jalan pinggiran Singosari. Mereka mencari perlengkapan untuk MOS besok. Seperti karung goni, pita warna untuk rambut, botol kratingdaeng, dan kaos warna hijau untuk Fira dan kaos warna merah untuk Riri. Setiap regu harus mengenakan warna yang telah ditentukan.

Syukurlah, mereka tidak hanya berdua. Ada banyak juga teman-teman mereka yang mencari keperluan-keperluan itu. Fira dan Riri pun tidak sulit untuk mendapatkan semuanya. Mereka menjadi tahu lokasi dan tempat-tempat baru. Karena beramai-ramai, akhirnya mendapat potongan harga dari penjual.

Semua perlengkapan mereka sudah lengkap, Fira diajak untuk mencicipi hamburger yang terletak tak jauh dari toko-toko, tempat mereka membeli perlengkapan. Fira pun sadar, jika hari hampir senja dan perutnya ingin di isi sesuatu dan ia juga merasa haus.

Fira memesan satu porsi, begitu pula kawan-kawannya. Sambil menunggu pesanan matang, Fira membeli sebotol air mineral. Di kejauhan, Fira melihat Riri yang sedang berbicara dengan Edwin. Ternyata Edwin juga membeli keperluan yang sama, tapi mereka tidak berbarengan. Tak lama hamburger yang ditunggu Fira datang dan ia melahapnya hingga habis. Usai itu, kembali pulang ke kos bersama Riri.

**

Pagi-pagi, Fira dan Riri kerepotan dengan urusan rambut. Mereka harus mengikat rambut dengan pita sebanyak 7 buah. Jadi, ikat 7 namanya. Karena rambut Fira tebal, ia pun mengepangnya sebanyak 7 kepang.

Keluar dari kamar, Ibu kos ketawa melihat penampilan Fira dan Riri. Begitu juga dengan Bapak kos dan anak-anaknya, “Mbak Fira dan Mbak Riri lucu sekali,” ujar mereka.

Hari kedua, dengan penampilan siswa yang macam-macam itu, sepanjang hari kegiatan mereka berada di dalam ruangan. Yaitu tentang dasar-dasar kedirgantaraan, menghafalkan lagu mars sekolah, sejarah sekolah mereka, perkenalan dengan para senior dan bercengkerama, membeli makan di kantin saat istirahat dan salat berjamaah.

Karena lelahnya kegiatan di sekolah, saat sampai di kos ia makan siang dan setelah itu Fira langsung tertidur lelap. Bangun-bangun sudah jam setengah 5 sore, ia langsung bergegas bangun dan wudu untuk salat Asar.

Selesai merapikan mukena dan membuka ponsel, Fira membalas pesan dari kawan-kawan SMP dulu sambil tertawa-tawa membacanya dan memberi kabar juga ke orang tua. Sejak bangun tidur, Fira tak memperhatikan Riri. Padahal satu kamar.

Fira melihat Riri yang berbaring, meringkuk menghadap tembok. Ia pun menegurnya, “Ri, kamu sedang apa?” Sapa Fira.

Tidak ada sahutan dari Riri. Fira pun naik ke kasur dan berada di depan Riri.

“Riri ...,” panggil Fira.

Tampak air mata mengalir di pipi Riri. Matanya juga bengkak, tanda kalau dia sudah lama menangis.

“Kamu kenapa?” Tanya Fira.

“Aku ... kangen keluargaku, kangen tunanganku ...,” ucap Riri sembari menyeka air matanya.

“Kamu telepon mereka saja, sudah?” Saran Fira.

Riri mengangguk, “Tapi, aku maunya ketemu Fir.”

“Walah, ya enggak bisa Ri ... keluargamu, tunanganmu kan ada di Madura. Sabar ya, kita di sini kan buat sekolah.”

Riri diam dan tidak ada tanggapan.

Karena Riri sedih, tiba-tiba rasa sedih itu juga ikut menjalar ke diri Fira. Ia jadi ingin memeluk Fani, Ibu dan Ayahnya. Ketemu Miko dan makan bakso langganan mereka. Fira keluar dari kamar dan duduk di teras. Ia menangkupkan kedua tangan dilutut, air mata mengalir, rasa rindu benar-benar menyergapnya.

Lihat selengkapnya