Tiba di akhir pekan, hari Sabtu. Semua pelajaran dasar yang sifatnya kompetensi seperti Elektro, Instrumen, Avionic, dan umum seperti Matematika, Bahasa Indonesia, Fisika, Kimia dan lainnya sudah dilalui Fira. Dan sekarang ia memasuki pelajaran baru, yakni BATK (Basic Aircraft Technical Knowledge) yang mencakup tentang dasar-dasar pesawat terbang.
Di sekolah ini Fira tidak mendapatkan pelajaran Biologi, karena jurusannya mencakup tentang teknik. Jadi, sama sekali tidak ada unsur makhluk hidup, apalagi makhluk halus. Yang ada hanya segala hal tentang pesawat terbang.
Setelah bel masuk berdering, seluruh siswa masuk ke kelas masing-masing. Suasana kelas masih riuh, begitu juga dengan Fira yang asyik berbincang dengan kawan-kawannya.
Tak lama, datanglah seorang guru pria mengenakan kaca mata, membawa sebuah penggaris kayu yang besar, berjalan tegap dan tampang serius. Iya meletakkan tas jinjingnya di atas meja guru dan penggarisnya di sebelah papan tulis.
“Duduk siap!” Ketua kelas memberi aba-aba. Seluruh murid yang berada di ruangan mengambil sikap duduk dengan tegap tanpa bersandar di kursi. Begitu pula dengan Pak guru yang barusan datang, berdiri menghadap ke murid, posisi badan tegak di sebelah bangku guru.
Ketua kelas melanjutkan, “sebelum memulai pelajaran, marilah kita berdoa terlebih dahulu. Berdoa, mulai!” semua orang menundukkan kepala.
“Berdoa, selesai!” murid-murid kembali duduk seperti biasa.
Pak Guru memberi salam pembuka. “Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.”
“Wa alaikumsalam Warohmatullahi Wabarokatuh ...,” jawab murid-murid.
“Selamat, Pagi!” Pak Guru mengucapkannya dengan lantang.
“Pagi ...,” para murid pun juga menjawab dengan lantang.
Suasana kembali hening, Pak Guru duduk dibangkunya dan memperkenalkan diri.
“Perkenalkan, nama saya Suharto. Ya, nama saya mirip seperti presiden kita yang ke dua. Kalian bisa memanggil saya ‘Pak Harto’. Saya purnawirawan TNI Angkatan Udara, pensiun 6 tahun yang lalu. Sekarang, kita belajar tentang pesawat. Mengapa ... pesawat, bisa terbang?” Intonasi awal perkenalan, berubah menjadi sebuah pertanyaan.
Pak Harto berdiri dari kursinya, menatap dari ujung ke ujung para murid.
Semua murid dibikin bertanya-tanya. Semuanya diam dan sibuk dengan pikiran masing-masing. Begitu juga dengan Fira.
“Bisa terbang, ya karena sayapnya.” Ucap Fira dalam hati yang tidak mampu keluar dari mulutnya.
Pak Harto kembali bertanya, kali ini dengan senyum dan memperlihatkan giginya yang rapi. “Kenapa, pesawat bisa terbang? Yang tahu, langsung jawab.
Salah satu murid mengangkat tangan dan Pak Harto melihatnya.
"Ya, silah kan jawab."