Fira segera berdiri dan siap-siap menuju hangar. Kali ini, dia akan melihat pesawat langsung. Enggak perlu intip-intip lagi, seperti waktu awal-awal datang dulu.
Pak Harto sudah berada di luar kelas, “sudah tidak ada lagi yang berada di kelas. Ayo kita jalan!”
“Ayo, Pak ...,” seru murid-murid.
Pak Harto berada di posisi paling depan dan Pak Satpam paling belakang. Mereka berjalan biasa saja, tidak seperti anak TK yang berbaris memanjang sambil memegang bahu teman di depannya dan tidak pula berlari atau berlompat-lompatan.
Mereka berjalan dan terus berjalan hingga tiba di depan pintu hangar.
Fira memasuki hangar dan ia merasakan atmosfer yang berbeda, seperti memasuki dunia lain. Ruangannya bersih dan semua peralatan tertata rapi.
“Jangan ada, yang menyentuh apa pun!” ucap Pak Harto memberi peringatan.
Pak Harto seperti bisa membaca raut wajah murid-muridnya, yang terpaku pada salah satu pesawat tempur. Akhirnya, beliau berhenti tepat di sebelah badan pesawat tersebut. Mereka berdiri dengan membentuk setengah lingkaran.
Sangat tampak jelas dan nyata, Fira mematung melihat pesawat yang berada di depannya. Senyap, dan Pak Harto kembali bersuara.
“Ini adalah pesawat jet latih tempur Indonesia yaitu Aero L-29 Delfin atau yang populer dengan sebutan Aero -29 Dolphin, pernah menjadi saksi kekuatan militer Indonesia yang kala itu disegani oleh negara lain.”
Murid-murid menyimak.
“Setelah dipesan dari pabrik Aero Vodochody di Praha, Cekoslowakia. Dua pesawat L-29 pertama tiba di Indonesia pada tahun 1965, pesawat ini punya kode ‘maya’ oleh NATO yang dimodifikasi agar bisa diterbangkan di wilayah tropis.”
"Mari ikuti saya!" Pak Harto mengajak para murid untuk melihat-lihat bagian L-29 dengan berputar mengelilingi pesawatnya.
Murid-murid mengikuti Pak Harto. Sedangkan Fira sendiri, mengamati bagian per bagian. Mulai dari badan, sayap, roda pendarat, ada bagian yang dapat dipasang senapan/bom/roket, ekor, dan cockpit dengan dua kursi pilot ke belakang.
Usai mengelilingi semua bagian pesawatnya, mereka kembali berhenti dan Pak Harto melanjutkan penjelasan untuk pesawat lainnya.
“Awal tahun 1960-an Indonesia dikenal memiliki kekuatan militer yang tangguh, kala itu Indonesia punya pesawat jet tempur canggih seperti MiG-15, MiG-17, MiG-21 dan pesawat pengebom bermesin jet Tu-16.”
“Di sebelah sana, adalah pesawat MiG-17.” Pak Harto menunjukkan tangan ke arah pesawat yang lain, murid-murid pun menolehkan kepala ke arah tersebut.
“Ayo, kita ke sana!”
Mereka mengikuti Pak Harto dan kembali berhenti, membentuk setengah lingkaran.
“MiG-17 merupakan salah satu pesawat tempur utama Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) pada tahun 1960-an dan 1970-an. Pesawat ini digunakan dalam Operasi Trikora untuk pembebasan Irian Barat. Buatan Uni Soviet, di kenal dengan kode NATO 'Fresco'.