1 Jejak Rasa

Putri Rafi
Chapter #19

Mendadak Pindah

Fira, Claudia dan Fachrozi jalan kembali ke kelas. Di lorong, berpapasan dengan Edwin. Dan dia melihat luka di dengkul Fira.

“Kakimu luka, Fir. Enggak diobati?” Tegur Edwin.

“Astaga, aku lupa. Habis dari kantin, seharusnya kita ke UKS minta betadine,” kata Claudia.

Fira menyahut, “Enggak apa-apa. Nanti juga sembuh sendiri.”

Ck, ya sudah ayo!” Fachrozi menarik tangan Fira.

“Dia kenapa?” Tanya Edwin ke Claudia yang juga ikut ke UKS.

“Tadi kesandung, sewaktu mau keluar dari hangar.”

Mereka sudah di UKS, “Bu Ami, tolong beri betadine buat lukanya Fira,” kata Claudia ke penjaga UKS.

Bu Ami melihat luka di dengkul Fira. Lalu mengambil beberapa obat yang dibutuhkan. Saat ia menuang alkohol ke kasa steril, Fira melihatnya dan langsung berteriak.

“Bu ... saya enggak mau di kasih alkohol. Enggak mau ... enggak mau ...,” rengek Fira.

“Fir ...,” tegur Edwin.

“Itu pedih, pakai obat yang kuning-kuning itu saja!” Tunjuk Fira dan ia lupa nama cairan botol itu.

“Oh. Revanol, Bu ...,” ucap Edwin ke Bu Ami.     

Fachrozi paham dan ia langsung mengambilnya, karena terletak di atas kepala Bu Ami. Bu Ami hanya tersenyum menerima botol kuning dan langsung mengobati kaki Fira. Setelah itu, ia berikan betadine juga.

Selesai, mereka keluar dari UKS dan Fachrozi menceritakan kejadian Fira terjatuh di hangar. Fira dan Claudia hanya diam mendengarkan, sampai mereka tiba di depan kelas Edwin.

“Kamu hati-hati, Fir. Aku masuk kelas dulu,” ujar Edwin.

Fira mengangguk, “Thanks Win,” ucap Fira. Kedua temannya pun juga ikut mengangguk.

Edwin masuk ke kelasnya dan mereka bertiga lanjut jalan ke kelas yang berada di ujung.

**

Kawan-kawan Fira sudah melihat luka di kedua dengkul dan telapak tangannya. Mereka turut prihatin dengan yang menimpa Fira dan seketika itu pula, Fachrozi mulai beraksi untuk memperhatikan kelima pasang sepatu kawan-kawan perempuan di kelas. Ada Lia, Desi, Nara, Riri dan Meli.

Pertama, Fachrozi jalan ke bagian bangku Lia. Ia menundukkan badannya, untuk melihat bagian kaki Lia mulai dengkul hingga sepatunya.

Fachrozi menggeleng, “Bukan. Bukan Lia, betisnya tidak sebesar itu,” ucapnya dalam hati.

Lihat selengkapnya