Biasanya, Fira sarapan bersama Riri. Tapi pagi ini berbeda, Dito dan Dita yang duduk bersamanya di meja makan. Kalau Pak Andi, alias Bapak kos sudah berangkat kerja sejak jam 06.30. Ketika mereka akan sarapan, Pak Andi sudah mengendarai mobilnya. Dan setiap hari memang seperti itu, kecuali saat libur.
Selesai sarapan, mereka langsung siap-siap ke sekolah. Sejak masuk SMP, Dito menolak untuk diantar Ibunya, ia lebih memilih jalan kaki ke sekolah yang jaraknya tak jauh dari rumah. Sedangkan Dita, selalu mau diantar. Hari ini, pertama kali Fira jalan kaki ke sekolah sendirian.
“Fir, ayo bareng Dita. Ibu antar ...,” Ibu kos menawarkan untuk antar Fira ke sekolah.
“Oh, enggak usah Bu. Arahnya kan berlawanan, nanti Dita malah telat. Saya jalan kaki saja. Assalamualaikum Bu...,” Fira pamit, mencium punggung tangan Ibu kosnya.
“Wa alaikumsalam ...,” jawab Ibu kos.
Suasana komplek pagi ini sepi, ramai kalau sore. Fira menghirup nafas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan cepat.
“Segar banget ...,” gumam Fira.
Ia nikmati suasana pagi dengan dirinya sendiri, tanpa berbicara dengan siapa pun. Ada hikmahnya juga Fira jalan sendirian dan baru kali ini juga ia merasa, seperti menyatu dengan alam.
Burung-burung sibuk terbang ke sana ke mari saling bersiul, di sisi kanan-kiri dikelilingi pemandangan bukit-bukit dan gunung yang berkabut, embun diujung daun-daun pepohonan dan awan-awan putih bersih, serta matahari yang tak menyilaukan.
Fira berjalan tidak lambat, tidak pula cepat. Ia benar-benar menikmati suasana pagi. Padahal, di belakang Fira ada dua orang yang mengikuti. Kedua orang itu mempercepat langkah, agar bisa berbarengan dengan Fira.
“Cewek ... kok, jalan sendirian sih.”
Fira menoleh ke belakang,” Eh, Romi, Fian ...,” senyum mengambang di bibir Fira.
“Riri mana, Fir?” Tanya Fian.
“Dia pindah kos, Sabtu kemarin,” jawab Fira.
“Oh, kenapa?” Kini Romi yang bertanya.
“Dia enggak betah, hampir setiap hari menangis dan minta pulang ke Madura.”
Lanjut Fian, “Berarti, sekarang kamu sendirian kos di Pak Andi?”
“Iya, enggak apa-apa kok. Eh, kalian enggak bareng Angga?
“Dia sudah berangkat pagi-pagi, anti telat pokoknya. Hehe ...,” jawab Romi.
“Ya, aku percaya banget kalau itu. Angga selalu mau jadi yang pertama hadir disekolah. Eh, kalian dari Situbondo kan? Aku mau tahu sedikit dong,” ujar Fira.
Fian menjawab, “Situbondo itu daerah pesisir terkenal dengan pantainya, pasir putih. Ada juga Baluran, itu Taman Nasional dengan latar belakang Gunung Baluran lebih tepatnya sebuah savana.”
Fira terkesima, “Wow, menarik. Ada pantai, ada gunung juga beserta savana.”
Romi dan Fian mengangguk-angguk meyakinkan.
Tak terasa, mereka tiba disekolah dan berpisah masuk ke kelas masing-masing. Fira duduk sebentar dibangkunya. Beberapa kawan menyapa, lalu ia mengeluarkan ponsel dan membaca pesan dari Miko yang isinya, “Semangat Fir!”
Fira mengerutkan dahi, karena bingung dengan pesan singkat tersebut. Tapi tak lama, ia tersenyum. Bel berdering dan waktunya upacara, Fira mengenakan topi dan beranjak dari bangku. Lia, Desi, Meli dan Claudia datang menghampiri Fira.
“Fir, Riri pindah kos ya?” Tanya Lia.