1 Jejak Rasa

Putri Rafi
Chapter #22

Ayah Pulang

Pukul 6 pagi, Fira sudah jalan menuju ke sekolah dari rumah Bude Anik. Ini karena Ayah yang mengantar Fira, untuk antisipasi jika mereka kesasar atau macet di sekitar Terminal Arjosari. Mereka mengendarai motor Pakde Bas dan suhu udaranya dingin.

Fira sudah hafal, arah-arah jalan yang pernah dilalui dan ia memberitahu Ayahnya.

“Pokoknya, Ayah ikuti petunjuk arah saja Kak. Itu, tulisannya Singosari-Lawang-Pasuruan-Surabaya,” Guntur menunjuk plang petunjuk arah di jalan raya.

Fira tertawa,” Hahaha ... iya, tapi kalau jalanannya masih banyak gang-gang kecil, Ayah enggak tahu belok-beloknya. Kalau jalan raya sih, Fira percaya. Aman.”

“Hem ... Kak, ini dingin banget ... ya Allah, bbbbbrrrrrrr ...,” ucap Guntur menggerakkan tubuhnya yang menggigil.

“Kan sudah ditawari pakai mobil Pakde Bas. Tapi Ayah maunya pakai sepeda motor,” ucap Fira ditelinga kanan Guntur.

“Sebenarnya, Ayah mau jalan-jalan. Mumpung cuti, enaknya pakai motor saja.”

Fira langsung menjawab, “Loh! setiap hari kan kerja Ayah juga jalan-jalan. Liputan ke sana, liputan di mana-mana, datang ke tempat ini, itu ....”

“Beda kak ... kalau jalan-jalan untuk liburan itu rasanya tenang, bebas. Tapi kalau jalan-jalannya karena pekerjaan, itu untuk menafkahi. Hehe ..., ujar Guntur.”

Fira tertawa ringan, "Hehehe ... Ayahku, pahlawanku," ucap Fira. Ia pun memeluk erat Ayahnya dari belakang.

Guntur memelankan laju, karena mendekati terminal Arjosari.

“Itu kan, macet ...,” komen Fira.

“Enggak apa-apa, Kak. Kalau menurut Ayah, ini seru. Coba perhatikan! Mereka punya semangat tinggi untuk bekerja, bersekolah dan berlomba-lomba untuk meraih tujuan mereka masing-masing. Pagi itu, awal keberhasilan. Banyak orang di luar sana, pagi-pagi masih di kasur. ”

Fira diam dan mengamati orang-orang di sekitar terminal.

“Dan, itu ...,” Guntur menunjuk salah satu pemuda yang mengenakan seragam sekolah yang sama dengan Fira, “Teman kamu?”

Sejenak, Fira terhenyak melihat salah satu kawannya sedang berdiri menunggu mobil angkutan. Itu Fachrozi.

“Iya, Yah. Dia sekelas sama Fira.”

Setelah itu, tidak ada lagi percakapan di antara mereka hingga tiba di sekolah Fira.

Sepanjang hari disekolah, Fira hanya fokus dengan mata pelajarannya. Fira tak banyak bicara, hanya sesekali tersenyum dan bertegur sapa dengan kawan-kawan. Ia tenang karena ada Ayah. Suara ibu dan adik yang selalu menyemangati, serta Miko yang membuat Fira merasa cukup dengan apa yang ia miliki saat ini.

Hari kedua. Fira diantar Ayah ke sekolah dengan mobil Pakde Bas dan mereka pergi di jam yang sama.

“Kak, besok Ayah pulang. Bawa oleh-oleh apa, ya buat Ibu?” ujar Guntur sembari menyetir.

Fira melipat tangan di dada, “Hem ... makanan saja, Yah. Sekalian buat teman-teman kantor Ayah.”

“Oh, iya. Ayah kan juga punya teman, banyak pula. Hahaha ...,”

Fira menyebutkan satu per satu, “Ada sari apel, keripik apel, buah apel, jenang apel, Malang strudel apel, pia mangkok apel ....”

Guntur tertawa ngakak, “Hahaha ..., Kak ... kenapa serba apel sih?”

Lihat selengkapnya