“Fira ... bangun ... itu ada teman-temannya di depan,” Ibu kos membangunkan Fira yang tidur dari siang setelah pulang sekolah.
Fira mulai menyadarkan diri, tapi sambil berpikir dan bergumam dalam hati, “teman-teman? Kok bisa mereka datang?”
Ibu kos kembali membangunkan Fira dan menepuk lengannya, “Eh, ayo bangun ... itu teman-temannya sudah siap mau olah raga.”
Fira langsung ingat, “Oh iya! Edwin.”
Fira langsung bangun dan berlari ke jendela kamarnya. Ia melihat sudah ada Edwin, Angga, Fian, Romi dan dua orang yang belum dikenalnya.
Ia mencondongkan tubuh ke luar jendela,” Tunggu sebentar ya, aku mau ganti pakaian dulu.”
Ke enam kawan Fira langsung melihat ke arahnya.
“Astaga, Fira ...” ucap Angga yang geleng-geleng melihat wajah Fira yang baru bangun tidur dan rambut berantakan. Ada syal hijau juga yang melilit di lehernya.
Romi dan Fian tertawa, sedangkan yang lainnya biasa saja.
“Iya ...,” jawab Edwin.
Lekas-lekas Fira ke kamar mandi, meraup wajah sekalian mengambil wudu karena belum salat Asar. Kawan-kawannya masih menunggu di teras sambil berbincang-bincang.
“Halo, sorry lama. Hehehe ...,” Fira sudah siap dengan pakaian olahraganya.
Edwin menanggapi, “Kalau cepat namanya bukan perempuan. Ya sudah, ayo!”
Mereka jalan kaki bersama, keluar dari Komplek perumahan Pegas tempat Fira dan lainnya kos.
“Fir, ini Wisnu dan Billy. Mereka kelas 2, kakak kelas.” Angga memperkenalkan kedua kawan baru ke Fira.
Fira mengulurkan tangan ke Wisnu dan Billy sambil mengangguk menyebut nama mereka satu per satu, “Kak Wisnu ... Kak Billy ....”
“Enggak usah panggil Kakak! langsung nama saja, Haha ...,” ujar Fian.
“Ya enggak bisa begitulah! Ya ada entar di sekolah, aku di suruh push-up, “ sergah Fira.
Wisnu dan Billy tertawa.
“Mereka baik kok, enggak ada itu push-up!” ujar Romi melirik ke Wisnu dan Billy.
“Enggak ah! aku tetap panggil ‘Kakak’. Kan lebih tua dari aku,” senyum Fira ke Wisnu dan Billy.
“Terserah kamu saja ...,” ucap Billy.
Wisnu pun bersuara, “Ini pemanasannya sudah cukup, sudah lumayan jalannya. Lari yuk!”
“Ayo! Kalau kamu capek, bilang ya Fir. Lari santai saja ...,” ujar Edwin.
Fira mengangguk dan mereka mulai lari-lari sore. Mereka berlari pelan di pinggiran jalan, setelah melewati sekolah, ada yang memanggil nama Fira dengan setengah berteriak