Gabungan Bocah Rese. GABORES.
Enggak paham gimana mereka bisa nemuin nama yang cocok kayak gini, yang jelas, definisi anggota sudah di deskripsikan di nama Geng itu.
Bocah Rese.
Bener, emang rese banget.
Dan lebih rese lagi, mereka ganggu jam istirahat gue, cuma buat merekrut gue sebagai anggota mereka, entah untuk jadi anggota yang keberapa.
Entah angin apa yang membawa Helma—ketua geng Gabores tiba tiba datang dan memblokade jalan gue dengan anggotanya yang udah ngelilingin gue kayak uler. Kirain, gue mau dilabrak karena ketawan dekat sama Elang, tapi ternyata, dia malah nawarin gue sesuatu yang bikin semua orang bahkan menganga tak percaya.
Gue? Murid biasa biasa aja tiba tiba di rekrut sama geng Gabores? Yang rekrut ketuanya langsung lagi! Edan.
Banyak cewek cewek yang mati matian berjuang supaya bisa masuk dan menjadi golongan dari orang orang Gabores ini, tapi malah gue yang di rekrut mereka. Wajib was was sih inimah.
"Gimana, Saki? Lo mau gak?"tanya Helma dengan suara lembut dan anggun dia yang mematikan. Bikin semua anak laki di kelas gue pada tahan nafas.
"Kalau gue jawab engga, lo bakal terima?"
Pekikan hampir terdengar di seluruh penjuru ruangan. Bahkan anak kelas sebelah sampe rela desak desakan di jendela, demi nyaksiin acara perekrutan nonformal ini.
"Lo tahu? Sebenarnya gue enggak nerima penolakan. Tapi kalau lo enggak mau, ya gue bisa apa? Iyakan guys?"
Semua antek anteknya ngangguk, seolah setuju setuju aja sama apa yang si Helma omongin.
"Tapi, lo benar benar sia siain kesempatan ini. Banyak loh yang mau jadi bagian dari Gabores, jangan sampe lo nyesel karena udah—"
"HELMA!!"
Semua orang noleh, pada presensi seorang Elang yang barusan teriak kenceng di ambang pintu kelas gue.
Muka Elang marah banget. Nafas dia memburu, bahkan urat urat di mukanya kelihatan banget, buku buku jarinya memutih, dan tatapan dia ke Helma—kayak tajam, dan syarat ancaman.
Gue lihat Helma malah senyum, berbanding terbalik banget sama muka Elang yang udah merah padam karena nahan amarah.
Gue enggak tahu Elang marah karena apa, tapi boleh gak kalau gue berpikir geer? Kalau kayaknya, dia marah karena Helma udah ganggu gue.
Pikiran geernya doang sih. Aslinya mah enggak tahu dia marah karena apa.
"Urusan kita belum selesai, Saki. Tapi pacar gue udah nyariin, duluan ya." kata Helma sambil menekan kalimat dia pas dia ngomong Pacar.
Enggak tahu, gue yang rasa atau gimana, tapi dia tadi ngomong bagian itu sambil penuh dengan penekanan. Kayak mau nunjukin, kalau Elang pacar dia.
Pas geng mereka bubar, satu persatu anak anak yang tadi ngerubungi meja gue kayak semut juga langsung pada bubar. Ada yang balik ke aktifitas semula, dan sebagian lagi ada yang gosip tentang peristiwa perekrutan tadi.
Beberapa pada hujat gue sok cantik, sok ini sok itu, ngejudge gue sombong dan enggak tahu diri, karena secara gak langsung, udah nolak tawaran Helma biar bisa masuk geng Gabores.