10.10: waktu aku mencintaimu

Senja Ariesti
Chapter #14

Fakta Tak Terduga

Baru kali ini, gue ngerasa sehampa dan sehening ini saat sekolah. Pertama, karena Tora enggak ada, kedua karena Elang yang juga enggak ada.

Iya, mereka berdua di skors, dan itu juga yang bikin gue kaget. Kenapa Tora juga harus ikutan di Skors? Sedangkan dia sendiri yang ngaduin semua itu ke bokapnya.

Entahlah, gue udah capek mikir.

Kemarin, setelah gue sampai di ruang kepsek, ternyata Elang udah diluar, lagi nunduk sambil senderan ke tembok samping ruang kepsek.

Gue langsung hampiri dia, dan langsung pengen klarifikasi sama Kepsek, tapi dia larang. Elang bilang, enggak apa apa, dia enggak peduli walau harus di skors. Terus, dia malah minta maaf, karena ulah brengsek dia, gue mungkin bisa aja terseret dalam masalah ini.

Ah enggak tahu ah. Gue dan Elang enggak sepemikiran. Gue enggak ngerti sama pola pikir dia, dia terlalu ngelindungi gue yang jelas jelas lebih mirip pecundang kayak gini.

"Denger denger, katanya bukan Tora yang aduin hal ini ke kepsek."

Shakira berpendapat, berdasar gosip gosip yang beredar sekarang.

"Enggak tahu siapa, tapi.. Kayaknya enggak mungkin kan, Tora malah kayak nyerahin diri gitu? Padahal dia tahu, kalau ngadu, sama aja kayak dia gali kuburannya sendiri."

Gue sependapat sama Shakira, tapi—gimana? Tersangka utamanya memang Tora, karena dia satu satunya orang yang nyaksiin gue sama Elang bolos, dan lagi, dia punya akses orang dalam supaya mempermudah misi dia yang memang ada masalah sama Elang. Tapi—terlalu dangkal untuk dijadikan sebuah siasat.

Gue yakin, Tora enggak sebego itu.

"Bener Shak, sepi banget kelas enggak ada Tora. Gue sedih nih jadinya."jawab Ucup yang ikutan nimbrung di meja gue.

"Lagian, kalian bertiga kan udah sering sekelas sama Tora, masa enggak hapal hapal sama sifat dia sih? Gue aja ngerasa, kayaknya Tora enggak mungkin rela ngorbanin diri kayak gini, secara, dia rajanya bolos dari dulu, tapi baru kali ini dia dihukum."

Gue diem lagi. Bener. Semua ucapan Ucup sama Shakira bener. Dari jamannya gue SMP sampai sekarang pun Tora memang rajanya bolos. Dan enggak pernah, dia ketahuan dan di hukum sampai kayak gini. Terus, apa yang membuat dia sampai nyerahin diri gini ke Kepsek? Duh, gue bener bener pusing jadinya.

"Elo juga Sak. Harusnya elo percaya ke Tora, dia kan teman lama kita. Masih enggak hapal hapal juga lo sama sifat dia?" ujar Shakira yang malah bikin gue makin ngerasa bersalah.

"Enggak tahu ah, gue ke toilet dulu. Ijinin ye kalau Bu Andar dah masuk."kata gue yang langsung pergi ke toilet.

Sepanjang jalan menuju Toilet, gue enggak henti hentinya mikirin masalah ini. Tentang kenapa bisa semua jadi kayak gini, dan tentang siapa pelaku sebenarnya yang udah aduin kejadian bolos gue.

Gue enggak mau percaya, kalau Tora yang aduin, tapi masalahnya, cuma dia satu satunya yang tahu kejadian itu, gimana bisa gue gak nuduh dia?

"SAKI!"

Gue noleh, dan langsung ngernyit pas Merlin dan Si Cha—eh Icha manggil gue dan jalan kearah gue.

Gue yang gak paham, malah ikutan berhenti dan nungguin mereka yang lagi samperin gue. Masalah apalagi sih ini?

"Ikut gue."ujar Merlin sambil megangin tangan sebelah kiri gue, sementara si Icha di tangan sebelah kanan gue.

"Eh, apaan sih ini? Gue bisa jalan sendiri!"teriak gue tapi mereka malah makin nyeret gue seolah gue adalah hewan peliharaan.

Gue enggak tahu apa yang bakal mereka lakukan. Yang pasti, ini kayaknya masalah besar, dan masih menyangkut dengan satu orang.

Helma.

¤¤¤

Brak~

Gue di dorong gitu aja sampai punggung gue nabrak dinding di atas rooftop sekolah.

Iya. Duo curut bawa gue ke rooftop, yang gue enggak paham mau ngapain. Yang pasti, disini rame sama anak anak GABORES yang lagi lihatin gue dengan tatapan nyolot khas mereka.

"Oh, udah disini rupanya?"

Gue noleh, pada sumber suara lembut itu berasal. Ada Helma, yang udah jalan sambil bersidekap ke arah gue.

Cih, muak banget lihat muka bossy dan sok cakepnya dia. Pengen gue muntahin aja.

Lihat selengkapnya