Helma hamil, dan Elang merasa, bahwa bukan dia yang harus bertanggung jawab.
Memang benar, Elang pernah sekali terbangun, dalam kondisi naked di samping Helma yang kondisinya sama persis dengannya.
Tapi Elang tidak merasa apa apa. Dia yakin, bahwa dia tidak melakukan apapun kepada Helma.
Tapi nampaknya, semesta tak mengizinkannya tuk bahagia. Setelah bahagia bersama Saki, Elang justru harus dihadapkan dengan kehamilan Helma yang menuntut pertanggung jawabannya.
Setelah mengetahui itu, Ayahnya memukulinya tanpa ampun. Lagi lagi, dia harus dipukul, untuk kesalahan yang bukan dia perbuat. Tapi kali ini, dia sudah tak peduli.
Dia lelah, dan mungkin, mati lebih baik untuknya.
"Kamu harus tanggung jawab, Elang!! Kamu bikin keluarga papa malu!"
Setidaknya, itu yang selalu ayahnya katakan padanya. Kehidupannya terlalu rumit, dia saja tidak mampu mengatasinya, bagaimana dengan Saki? Elang tidak ingin, gadis itu ikut menanggung bebannya.
Maka, sudah Elang putuskan. Dia harus berpisah, dan berhenti menyakiti Saki. Bersama hanya akan membuat mereka terluka, maka perpisahan akan lebih baik.
Elang mengambil ponsel cadangannya. Ponselnya sudah rusak ia banting, tersisa satu ponsel jadul, yang sudah lama tidak Elang gunakan.
Setelah mengetikan nomor ponsel Saki yang ia hafal, dia langsung menelepon gadis itu, untuk mengajaknya bertemu.