10% : Sepuluh Persen

Hendra Setiawan
Chapter #3

Kanker Esofagus

Sore ini, bandara Soekarno-Hatta benar-benar ramai. Konon bandara kebanggaan Indonesia ini masuk jajaran bandara terpadat di dunia. Sambil berjalan bersama keluarga menuju terminal kedatangan, aku melihat penunjuk jam tertera 13:10. Berarti waktu tempuh dari San Francisco hingga ke Jakarta membutuhkan kurang lebih 32 jam perjalanan dengan 2 kali transit.

Anin terlihat kecapekan sepertinya, maklum ia yang mengurus semua kebutuhan termasuk baju, obat-obatan dan perlengkapan apa saja yang harus dibawa pulang. Anak-anak tampaknya senang-senang saja ketika kami memberi kabar bahwa ayah ibu mereka memutuskan untuk kembali tinggal di Indonesia. Meski demikian, aku berharap anak lelakiku yang kedua masih mampu untuk melafalkan bahasa asli orang tuanya.

Setelah melakukan pergantian kartu untuk ponsel. Aku segera mengontak Han. Dua hari lalu lewat sebuah pesan whatsapp[1], Han bersikeras untuk menjemput aku dan sekeluarga setibanya kami di bandara. Setengah jam berlalu aku mencoba melakukan panggilan telepon, namun aku tidak mendapatkan jawaban apapun dari orang yang aku kontak nomornya.

“Apakah semua baik-baik saja?” tanya Anin yang dijawab dengan gelengan kepalaku.

Kami sekeluarga memutuskan untuk berjalan keluar bandara. Aku pikir Han sedang sibuk karena tidak sempat mengecek panggilan telepon dariku. Daripada menghabiskan banyak waktu menunggu kabar darinya, aku mencoba melakukan pesanan jasa antar penumpang lewat sebuah aplikasi transportasi online.

Aku hampir saja mengiyakan bahwa benar keluargaku membutuhkan tumpangan kepada seorang supir taksi daring di ujung suara telepon andai Anin tidak mengingatkanku. Istriku menjadi orang yang pertama kali memintaku melihat seseorang membawa papan ukuran sedang tertulis namaku di sana. Anak lelakiku yang pertama kemudian mengeja dan membenarkan bahwa susunan huruf itu adalah benar nama ayahnya. Rene Ardhya Putra.

Aku mendekatinya dan bertanya apakah yang ia maksud adalah aku. Hanya sekedar memastikan sebelum akhirnya ia membantuku memasukkan semua barang yang kami bawa dari Amerika.

Lihat selengkapnya