100 Laskar Katak

JWT Kingdom
Chapter #7

6. Tiga Penyihir Kuning

"Aku tidak merebut Kanda Lorr darimu, Wening ...."

Hening suasana pagi menjelang siang. Sakawuni berjalan di jalur setapak sendirian. Tak bersemangat tampaknya.

"Kamu sendiri yang memintaku untuk dijadikan istri kedua Kanda Lorr, demi mengobati dia. Patah jiwa kultivasi menyebabkan Kanda tak sempurna sebagai suamimu," berbicara sendirian, Sakawuni termakan masa lalu. Melibatkan Kanda Lorr, Sekar Wening dan dirinya sendiri.

"Siapa sangka aku justru jatuh cinta pada Kanda Lorr. Itu di luar dugaanku," lirih suara wanita itu, melangkah sampai ke ujung jalur sunyi. Di sana tampak rumah pondok miliknya.

Baru hendak menapak bebatuan menuju teras, tamu-tamu tak diharapkan, sudah menunggu Sakawuni entah sejak kapan.

"Jika maksud kedatangan kalian, hendak meminta janin bayi, aku tidak akan memberikannya dengan alasan apapun," kata Sakawuni, mengamati satu persatu para tamu. Tiga wanita. Satu perempuan tua, satu perempuan setengah tua, dan satu lagi perempuan paling muda seumuran 30 tahun.

"Kegilaan apa yang membuat kalian berpikir bahwa aku akan memberikan janin bayi? Segera pergi dari sini!" tak sungkan lagi, belum-belum Sakawuni mengusir ketiga wanita itu.

"Kami singgah di rumahmu pun belum. Tidakkah santun dan etika seorang tabib seperti ini menyambut tamu?" balik tanya, salah seorang perempuan paling tua, tampak tersinggung.

"Engkau nenek, kau ibu, dan kau anak. Tiga generasi Penyihir Kuning. Jangan dikira aku tidak mengenali ciri-ciri kalian!" tak ingin ramah namun dimanfaatkan, Sakawuni memilih sikap tegas terhadap orang asing mencurigakan. Sembari telunjuk mengarah satu persatu pada tiga wanit berdiri di halaman depan rumah pondok.

"Hanya nenek dan ibuku yang aktif sebagai tabib sihir. Sedangkan aku, pelantun syair cinta. Kiranya, engkau sedang dirundung masalah cinta dengan suamimu?" seorang wanita paling muda menjawab.

Sakawuni terpincut siapa gerangan wanita muda itu.

"Benarkah?" tanya Sakawuni. Ada sedikit tertarik pada kelihaian wanita itu.

"Apa kemampuanmu dapat merebut hati pria yang mencintai wanita lain?" dari cara Sakawuni bertanya, ketahuan apa masalah dia. Perempuan termuda dari ketiga tamunya, tersenyum saja.

"Aku Singgala, ratu penyair dari negeri kaum penganut sihir kuning. Walaupun aku tidak mempelajari sihir. Tetapi bakatku dalam mengolah tembang dan syair, mampu menyatukan dua insan sampai menikah dan rukun dalam cinta yang selamanya abadi," terkesan ajaib dan penuh percaya diri, wanita itu mengakui namanya Singgala, kemudian menghampiri pondok. Di sana, Sakawuni berdiri di ambang jalur masuk teras.

"Singgala?" Sakawuni berkerut kening. Belum pernah mendengar nama itu, tetapi kepopuleran seorang wanita muda, sangat lihai mengolah tembang dan syair dari negeri antah berantah, sudah lama tersohor karena kemampuannya itu, menikahkan banyak pasangan, dari semula benci menjadi cinta. Dari semula perselingkuhan menjadi rujuk kembali. Tak disangka Sakawuni akan kedatangan tamu pesohor Singgala.

"Ah, apakah kamu, Gadis Penyair Cinta rupanya?" Sakawuni tak salah tebak. Wanita itu menunduk hormat.

"Kiranya aku dibutuhkan Puan? Apa yang dapat 'kulakukan untuk membantumu?" kata dia lembut dan tenang.

"Apa imbalan yang 'kauinginkan?" Langsung ke topik utama, sebuah jasa pasti ada bayaran mahal. Terlebih urusan ini melibatkan pesohor seperti Singgala.

Lihat selengkapnya