Satu...
Dua...
... lima... tujuh...
Memang benar jika sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit. Dan setitik demi setitik lama-lama menjadi danau. Setitik air hujan itu bahkan bisa menguasai sebuah telapak tangan. Berkuasa atas kering yang beberapa saat yang lalu masih menjadi musim disana. Berkuasa atas rasa hangat yang per sekon tadi masih melingkup didalamnya.
Titik-titik itu perlahan menjadi aliran, lalu tumpah kala sampai muaranya.
Dibalik Hoodie hitam ukuran XL itu, seorang gadis masih betah menadahkan tangan pada langit. Memandang bagaimana air yang jatuh itu berebut untuk siapa yang lebih cepat jatuh di telapaknya. Walau deburan air yang beradu di genteng seng dapat menyelinap di sela-sela dentuman musik dalam airpodsnya, tapi gadis itu tak merasa terganggu sama sekali. Dia bahkan masih termenung. Tak menikmati bagaimana alunan musik K-Pop itu memenuhi gendang telinganya. Dia juga tidak tertarik untuk ikut mengayunkan tungkai saat orang-orang berlarian mencari tempat berteduh.
Gadis itu sedang ada di dunianya sendiri sepertinya.
Dibawah hujan, tanpa payung, tanpa jas anti air, dan juga.. tanpa celana panjang.
Tanpa kedinginan.
Dan yang paling penting, tanpa senyuman, ataupun tanpa raut kesedihan.
Ya. Hanya datar. Entah apa yang sedang dipikirkan olehnya.
Untung tak berapa lama kemudian, sebuah mobil berkecepatan tinggi seperti tanpa dosa melaju tepat didepannya. Membuat cipratan yang sampai ke sepatu branded mahal limited edition kolaborasi dari Idol K-Pop favoritnya.