10 tahun yang lalu,
“Maaf, toko kami bisa kena masalah karena mempekerjakan anak kecil, kau kalau jadi anak-anak itu harus jujur, bagaimana dewasa nanti" ucap seorang paman sambil berusaha menyeret seorang anak laki-laki keluar restorannya. Sebuah restoran yang cukup besar, dan karena matahari masih belum terbit sempurna jadi belum ada pelanggan yang datang.
"Tunggu dulu, aku minta maaf karena aku berbohong tapi aku jamin tidak akan ada yang tahu akan hal ini, kumohon agar aku tetap bisa diijinkan bekerja disini, aku ,,,,aku sangat membutuhkan uang" ucap anak laki-laki itu dengan raut wajah takut serta sedihnya, ia menolak terhadap tindakan seorang paman yang mencoba menyeretnya keluar ini. anak laki-laki itu memiliki tinggi kira kira mencapai 155 cm cukup tinggi untuk anak yang baru berumur 14 tahun, memiliki kulit putih, matanya tidak terlalu sipit dan rambutnya yang hitam pekat.
"Kau mau menjamin ini tidak akan ketahuan?, memperkerjakan anak dibawah umur 18 tahun adalah tindakan kriminal, kalau sempat ketahuan kami dari pihak restoran akan kena sanksi, apa kau mau bertanggung jawab akan hal itu nanti?" ucap paman itu, sekarang mereka sudah berada diluar restoran dengan hawa pagi yang sedikit dingin namun meyenjukkan.
Ini sebuah kota, yang lumayan ramai namun memiliki suasana lebih tenang dibanding dengan ibukota. Kyoto, salah satu kota di jepang yang masih kental mempertahankan budaya jepang, disini kita bisa merasakan suasana jepang pada masa lalu dimana banyak situs situs budaya, atau peninggalan yang masih dijaga dengan baik. Di tengah kota Kyoto yang tenang ini, tersimpan banyak masalah kehidupan yang beragam dan latar belakang yang beragam pula.
"Kalau itu,,,," perkataan anak laki-laki itu lalu terhenti, dengan wajah sedihnya ia sangat berharap akan diberikan kesempatan kedua. Apa yang dikatakan paman itu memang benar, ia tahu apa yang dilakukannnya salah tapi keadaan memaksanya untuk melakukannya. Ia harus bekerja untuk mendapatkan uang.
"Memangnya kau tidak punya orang tua?" Tanya paman itu
"Aku,,,,,,,,," anak laki laki itu bingung mau bilang apa. Keringat mulai keluar dari keningnya, yang ada dalam fikirannya ialah ia tidak ingin berhenti bekerja.
"Sudahlah, lebih baik kau pulang, syukurlah aku tidak memberimu hukuman dan jangan melakukan sesuatu yang melanggar aturan lagi" Pinta paman tersebut sambil berbalik hendak masuk kembali ke dalam restoran untuk memulai pekerjaannya lagi, karena matahari sudah mulai terbit dan pelanggan akan banyak berdatangan untuk sarapan pagi.
"Tunggu, paman" Teriak anak laki-laki itu.
"Tapi..."paman itu tidak menanggapinya dan pergi meninggalkan anak laki laki yang terdiam di depan restorannnya. wajahnya terlihat sedih dan kesal dan sesekali mengusap keringat yang tidak terlalu banyak di dahi nya.
"aku sudah tidak punya orang tua, aku harus mendapatkan uang untuk adikku" ucap lirihnya dengan suara pelan dan menyiratkan banyak kesedihan didalamnya.
Dengan wajah yang kesal sekaligus sedih, anak laki-laki itu hendak pergi dari tempatnya, walaupun sebenarnya ia tidak tahu harus pergi ke mana.
"Hey, nama mu siapa?" ucap seorang laki laki yang kelihatannya sudah berumur mendekati 40 tahun, ia memakai pakaian kaos biasa dengan celana panjang, menghampiri anak laki-laki yang termenung di depan restoran yang dilewatinya.
"Paman Siapa?" Tanya anak laki-laki itu sambil berbalik menghadap seseorang yang menyapa ini, wajahnya sedikit mengintimidasi karena paman itu memegang pundaknya ketika menyapa dirinya tadi.
"Hey,, aku yang bertanya duluan, dasar anak zaman sekarang tidak tahu sopan santun yang baik" Ucap paman tersebut.
"aku tadi habis membeli beberapa obat obatan di toko sebelah,,, maaf ya,,tapi aku tadi menguping pembicaraan kalian, nampaknya kamu sedang kesusahan" lanjut sang paman.
'Bukan urusan paman" ucap tenang anak laki-laki itu dan hendak melangkah pergi meninggalkan paman tersebut.
"Bagaimana kalau aku bisa membantumu" lanjutnya. Dan sukses membuat anak laki-laki itu berbalik kembali ke arahnya.
"Maksud paman?" Tanya anak laki-laki tersebut dengan serius.
"Kau membutuhkan pekerjaan bukan, aku memiliki pekerjaan yang bisa kutawarkan padamu , tentunya aku juga akan membayarnya" Ucap percaya diri sang paman tersebut.
Anak laki-laki itu masih termenung karena bingung dengan perkataan paman yang ada di depannya ini.
"Sudahlah ayo ikut aku,,,," lanjut sang paman sambil menarik tangan anak laki laki itu untuk segera mengikutinya.
Di sebuah rumah yang tidak terlalu mewah, bentuknya masih bisa terbilang tradisional khas jepang dengan taman yang luas membentang dihadapannya dan juga ada kolom kecil dengan bunga teratai, kolom itu terletak disamping pintu pagar rumah tersebut.
Saki pov