Hari berganti dan Alpha sedang memanjat pagar bersama Radin untuk kabur dari sekolah karena mereka malas mengikuti pelajaran di sekolah.
“Lu buruan goblok manjatnya Al, bahu gua udah sakit ini, keburu Pak Udin datang.” Keluh Radin sambil menggendong Alpha dipundaknya.
“Bentaran Din, ini tembok licin banget, sepatu gua kepeleset terus,” tukas Alpha yang bergelantungan dengan satu kaki diatas tembok pagar sembari melihat Radin yang berada di bawahnya.
“Lagian lu sepatu jaman batu masih dipakai, kek gak ada duit aja buat beli.” Keluh Radin kembali sambil menghela nafas karena kesal dengan kebodohan sahabatnya itu.
Alpha berhasil memanjat keatas pagar lalu melompat ke bawah dan mengambil sebuah tali tambang yang telah ia siapkan dari dalam tasnya.
Saat Alpha sedang mempersiapkan tali untuk memanjat, Radin menengok ke belakang dan mengintip dari balik dinding untuk memastikan jika mereka tidak tertangkap.
Dari kejauhan Radin melihat Pak Udin sedang berjalan menuju ruang kelas.
“Al buruan ikat tambangnya, Pak Udin udah mau ke kelas,” ucap Radin dengan cemas karena takut terciduk oleh Pak Udin.
“Bentar, ini gua lagi bikin simpul biar lu gampang manjatnya,” sahut Alpha dari balik tembok dengan wajah serius membuat simpul tali.
“Nahkan, nahkan, otak purba lu, gak usah simpul-simpul, otak lu di dengkul,” tukas Radin mulai panik dan ketakutan.
“Udah kelar nih,” ucap Alpha dari balik tembok sembari melemparkan tali keatas dinding.
Radin berhasil memanjat pagar sekolah menggunakan tali yang dilemparkan Alpha.
“Ayo ke warung Mpok Jaenab, siang-siang gini paling enak minum es teh sambil rokokan.” Ajak Radin kepada Alpha.
“Ayo, lu bayarin dulu entar gua ganti,” sahut Alpha dengan senyum ramah seolah tanpa dosa.
“Dada lu mau gua pukul sampai bunyi ‘Bukkk’? Lu bilang gitu mulu dari dulu, ujung-ujungnya gak di ganti,” tanya Radin merasa kesal dengan perkataan Alpha.
Alpha berkata, “Let’s go my brada.” sambil memegang pundak Radin.
Mereka berduapun berjalan menuju warung Mpok Jaenab yang tak terlalu jauh dari sekolah.
Sementara itu Pak Udin yang berada didalam ruang kelas sedang mengabsen satu persatu muridnya.
“Adelia Pratiwi,” ucap Pak Udin melihat buku absensi siswa.
“Hadir pak.”
“Adnan Prasetya,” ucap Pak Udin kembali.