Namun keesokan paginya saat Alpha dan Radin hendak berangkat sekolah, mereka berdua melihat Narto dan dua orang temannya sedang dikelilingi oleh siswa yang mereka temui kemarin sore, tak jauh dari tempat tambal ban yang sebelumnya mereka dipalak.
Radin langsung menghampiri mereka untuk melerai, namun saat ia menghampirinya, salah satu dari mereka langsung melayangkan pukulan ke arah wajahnya dan Radin menangkisnya hingga pukulan itu meleset mengenai lengannya.
“To lu cabut!” perintah Alpha pada Narto.
Alpha langsung melepaskan tasnya dan melemparkannya kepada salah satu dari siswa pemalak tersebut sambil berkata, “Tangkap!” dan dengan gerak refleksnya, siswa tersebut menangkap tas itu.
Alpha yang berlari ke arahnya memanfaatkan momentum tubuhnya untuk melawan mereka dengan cara melompat dan menempatkan dengkulnya di depan sambil melayang menerjang siswa yang memegang tasnya hingga siswa tersebut terjungkal di tanah dan mengerang kesakitan sambil memegangi dadanya.
BUKKK, GEDEBUK BUK BUK. Suara siswa yang terhempas di tanah karena diterjang oleh Alpha.
Alpha berdiri disebelah Radin sambil memasang kuda-kuda yang ia pelajari saat mengikuti latihan seni beladiri.
“Lu gak apa-apa?” tanya Alpha pada Radin.
“Gak apa-apa.”
“Gas!” perintah Alpha kepada Radin.
Dengan penuh percaya diri, mereka berdua menghadapi para pemalak tersebut dan langsung melakukan perkelahian yang tidak seimbang karena mereka hanya berdua sedangkan pemalak tadi berjumlah sebelas orang.
Radin sedikit membungkukkan badannya untuk memberi kekuatan pada kakinya yang menjadi tumpuan agar ketika diserang tidak mudah terjatuh.
Bukkk, deg, brak brak, gedebuk buk. Radin tumbang ke tanah ketika dua orang menubruknya dari samping.
“Kontol! Muka lu kek kontol!” umpat Radin yang tersungkur di tanah kepada siswa yang menjatuhkannya sambil menutupi kepalanya sendiri dengan kedua lengannya.
Radin yang terjatuh diinjaki oleh tiga orang, sedangkan sisanya mengelilingi Alpha dan mencoba menjatuhkannya juga.
Namun Alpha yang sudah terbiasa dengan keadaan seperti itu melawan balik tanpa menahan diri sama sekali.
Krak. Tinju Alpha menghantam rahang siswa didepannya, membuat siswa tersebut kehilangan kesadaran dan terjatuh ditanah.
Ia menarik kerah baju siswa lain yang berada disebelahnya dan membungkukkannya lalu menghantam wajahnya dengan lutut.
Bukk, bukk, buuk. Ketika Alpha sedang mengahajar siswa yang dipegang olehnya, siswa lain memukuli punggung dan telinganya hingga membuat ia melepaskan pegangannya pada siswa tadi karena harus menangkis pukulan yang diarahkan kepadanya.
Ia melihat ke arah Radin yang sedang terbaring ditanah membuatnya semakin murka, amarahnya semakin memuncak hingga menyebabkannya mengeluarkan jutsu pamungkas.
Dalam rage mode tersebut ia tetap memukul tanpa sedikitpun menghiraukan pukulan yang diterimanya karena adrenalin yang terpacu sejenak membuatnya tidak merasakan rasa sakit.
Pukulan demi pukulan saling mereka lontarkan hingga sebagian dari pemalak tersebut terbaring ditanah dan sisanya melarikan diri.
Alpha menghampiri Agam yang terbaring ditanah lalu menginjak dadanya, kemudian ia meninju wajah Agam berkali-kali hingga darah mengucur dari hidung dan mulutnya.
"Lu-" Alpha meninju wajah Agam, "Kontol-" sambil tetap meninju wajahnya, "Udah-" kembali meninju wajahnya, "Gua bilang-" masih tetap meninju. "Gak usah bertingkah."