Adik dari Putri terbilang pemalu, karena semenjak berangkat sampai tiba di tempat tujuan ia sama sekali tidak berbicara.
Untuk memecah kecanggungan tersebut Alpha mulai membuka percakapan dengan pertanyaan yang ringan dan lelucon.
Mereka tiba di basecamp dan Alpha menyuruhnya untuk duduk, mereka hanya berdua disana karena temannya yang biasa berkumpul di basecamp masih berada di kampus dan belum datang.
“Siapa namanya? Sampai lupa bertanya.”
“Aku Laras, Mas pasti Alpha kan?” jawab Laras bertanya balik.
“Lah kok tau, Mbak Putri ada cerita soal gua?”
“Gak kok, aku liat nama kontak Mas di handphone Mbak pakai emot love,” tutur Laras.
Ia tertawa karena mendengar ucapan dari Laras, “Geli banget di kasih emot love segala, haha.”
“Emang gitu tahu.”
“Ras tau gak hal yang bisa membuat dunia runtuh dalam seketika?”
“Nuklir? Wabah penyakit? Bencana Alam?” jawab Laras bertanya balik.
“Bukan.”
“Terus apa?” tanya Laras kembali.
“Senyummu dan senyumnya,” jawab Alpha sembari tersenyum.
“Dih, cringe banget abang , laporin Mbak nih, aku digodain masa,” ucap Laras dengan sebal.
Alpha hanya tertawa mendengar ancaman yang di berikan oleh Laras. “Hahaa.”
Setelah Laras merasa nyaman dan tak terlalu malu untuk berbicara, Alpha langsung bertanya tentang Putri dan kisah hidupnya.
Alpha mengubah ekspresi wajahnya menjadi serius dan nada bicaranya mulai menjadi berata. “Ras, gua mau nanya serius, lu jawab jujur yah.”
“Iya Mas,” jawab Laras dengan tegang.
Laras merasakan ia seperti sedang berada dalam sebuah kuis di televisi yang berjudul Who Want To Be A Millionere karena atmosfir disekitarnya mendadak berubah menjadi lebih berat.
“jawab jujur yah Ras, sebenarnya Mbak Putri udah punya pacar yah?” tanya Alpha menatap mata Laras.
Sorot matanya begitu tajam seolah menusuk langsung kedalam jantungnya, Laras mulai terintimidasi dan gugup seolah ia adalah seekor mangsa yang sedang terpojok oleh sang pemangsa.
Sunyi, teramat sunyi hingga ia dapat mendengar suara detak jantungnya sendiri.
Deg deg deg deg. Bunyi detak jantungnya.
Laras ingin berbohong mengenai hal ini, namun ia tidak sanggup melakukannya dan memilih untuk berkata jujur mengenai kebenarannya.
Ia membuka mulutnya dengan terbata-bata, “Ka-kalau paa-acar gak punya Kak, adanya tunangan.” karena merasa gugup takut Alpha marah kepadanya.
Alpha terdiam sejenak ketika mendengar jawaban dari Laras, dan perlahan ekspresi wajah ceria yang selalu menghiasi wajahnya berubah menjadi muram.