Alpha terbangun dan mengambil hanphonenya, ia hanya menatap layar handphonenya dengan penuh ketidakpercayaan karena ia baru bangun tidur dan mungkin yang dialaminya sekarang adalah sebuah mimpi.
Gak mungkin sih ini, kayaknya cuman mimpi doang. Kata Alpha dalam hatinya.
Ia kembali memejamkan matanya dan merebahkan dirinya, namun ia sadar bahwa itu bukanlah sebuah mimpi.
Ia membanting handphonenya ke lantai hingga membuat layarnya retak. “Anjing, Babi, Bangsat! Bisa-bisanya anjing! Bisa-bisanya!” teriak Alpha dengan keras.
Teriakan darinya membangunkan yang lain, Kiki dan Radin langsung berlari ke lantai dua karena mendengar teriakan tersebut.
Kiki dan Radin yang tiba di lantai dua langsung bertanya pada Alpha.
“Lu kenapa Al?”
“Ada apa Al?” tanya Kiki dan Radin yang merasa ketakutan dan cemas.
Radin berlari kelantai bawah untuk membangunkan Agus.
Alpha berteriak kembali. “Anjing! Anjing! Babi, bangsat!” teriakannya lebih keras dan nyaring dari sebelumnya.
Otot-otot yang berada di lehernya nampak menonjol keluar, ia berteriak dari dasar hatinya.
Teman-temannya hanya mampu melihatnya dari kejauhan karena ketakutan.
Agus mundur dengan perlahan secara konsisten, berniat untuk meninggalkan teman-temannya. “Jangan di deketin dulu, kayaknya Alpha kerasukan roh jahanam,” ucap Agus sembari melangkah mundur.
Alpha tidak menghiraukan mereka dan tetap mengumpat sambil menutupi wajahnya dengan dua tangan.
“Bangsat! Bangsat! Babi! Apa salah gua? Anjing!” teriak Alpha yang semakin keras.
Glek. Agus menelan ludahnya.
Agus menatap dengan serius kepada dua sahabatnya. “Ki, Din, panggil guru les sekarang juga!” suruh Agus kepada mereka.
“Mau ngapain anjing panggil guru les?”
“Iya anjing mau ngapaiin?” tanya Kiki dan Radin yang penasaran dengan perkataan Agus.
Agus kembali menoleh ke arah mereka. “Kita butuh orang pinter buat ngeluarin roh jahanam dari badannya,” jawab Agus dengan sangat serius.
Mereka berdua saling menatap satau sama lain dengan kebingungan. “Lah?” ucap Radin dan Kiki.
Alpha masih mengumpat dan berteriak.
Kiki langsung mentackle kaki Agus hingga ia terjatuh, dan Radin melakukan kuncian leher padanya.
“Kita butuh pak ustad, bukan guru les, Rohman goblok! bisa-bisanya lu bercanda pas teman lu teriak-teriak gajelas kek gitu,” tukas Radin yang tetap melakukan kuncian leher.
“Belom pernah gua kirim nyebrang pulau naek galon kayaknya lu Gus, bajingan!” tegas Kiki sembari mengunci kaki Agus.
Agus menepuk-nepuk lantai dengan tangannya. “Damai gan, damai,” ucap Agus menyerah.