Anna tiba-tiba menangis karena teringat tentang mendiang ayahnya. “Ayah juga sering ngelus kepala aku kayak gini,” tutur Anna sambil menangis.
Alpha yang terbiasa dengan kehadiran Putri di hidupnya, berpikir jika hal terbaik yang bisa dilakukan olehnya ketika seseorang sedang bersedih adalah memberikan dekapan hangat. “Sabar yah, lu harus kuat, karena masih ada ibu yang selalu menyayangi dan berada di samping lu."
Anna mendekap balik Alpha.
Duh anjing sakit banget ini luka, berasa mau nangis aja. Umpat Alpha dalam hatinya.
“Ibu udah nikah lagi dan sekarang tinggal sama keluarga barunya, aku masih gak bisa menerima keputusan ibu," ungkap Anna sembari menangis dalam dekapannya.
“Udah coba bilang ke ibu soal hal ini? Ngomong-ngomong jangan nangis kayak gitu, ingus lu nempel di baju gua.”
“Belum, aku gak mau ibu sedih karena dengar hal ini.”
Alpha mengelus kepalanya dan membelai rambutnya dengan lembut. “Lu baik banget Ann, terus lu kenapa gak mau pulang ke kosan atau ke tempat teman lu?” tanya Alpha lagi dengan penasaran.
“Gak tahu, aku cuman gak mau aja mereka ikutan sedih dan ngerasa bersimpati sama aku.”
“Yaudah sekarang lu tidur gih, jangan tidur di sofa, lu tidur di kasur aja," tukas Alpha menyuruhnya untuk segera tidur. “Kita jarang tidur disini, biasanya kita bergadang semalaman dan tidur dibawah.”
“Iya,” ucap Anna menyenderkan kepalanya di dada Alpha.
“Gua ke bawah yah, kalau ada apa-apa panggil atau teriak aja, kayaknya hujanya gak bakal beres sampai pagi,” terang Alpha berdiri.
Ketika Alpha berdiri dan beranjak dari duduknya, Anna memegang bajunya.
“Jangan dulu pergi, bisa temenin dulu disini sebentar?” tanya Anna.
“Iya.”
Alpha kembali duduk dan memeluk Anna.
Anna tertidur dipelukannya sambil menangis, ia menatap wajah Anna dengan sangat seksama dan berkata dalam hatinya. Bagaimana bisa tubuh sekecil dia menanggung beban emosional sebesar itu? Dan dia sama sekali gak mau orang disekitarnya tahu tentang kondisi mentalnya yang kayak gini.
Alpha yang menatap Anna dengan penuh rasa iba, ia mengangkat tubuhnya dan memindahkannya ke atas ranjang seraya menutupinya dengan selimut.
Tubuh Anna tidak terlalu tinggi, mungkin sekitar 160cm, rambutnya hitam panjang, kulitnya putih, wajahnya cantik seperti seorang selebriti, jika dilihat dengan seksama, wajahnya sekilas mirip dengan Putri namun dengan versi yang berbeda.
Meskipun badannya penuh dengan luka, tapi ia masih memiliki sisa tenaga untuk mengangkatnya, sebuah keajaiban yang hanya ada didalam sebuah cerita dongeng.
“It must be painful, right?” tanya Alpha pada Anna yang sedang tertidur.
Karena Alpha tahu bagaimana rasanya ditinggal orang yang dicintai untuk selamanya, itu sangat menyakitkan dan menyesakkan.
Melihat seorang wanita tertidur diatas ranjang itu membuatnya kembali mengingat bayang-bayang tentang Putri yang masih nampak jelas dalam ingatannya.
Ia berjalan menuruni anak tangga menuju lantai satu.
“Gus beli minum sana,” perintah Alpha kepada Agus seraya mengeluarkan dompet dari sakunya.
Radin menyindirnya. “Buat minum ada, buat beli makan kagak ada.”
“Abang lu emang kek gitu Din.”
“Udah buruan beli Gus,” ucap Kiki.
Agus membantahnya karena diluar hujan masih turun dengan derasnya. “Gila lu, hujan ini.”
“Jas hujan kan ada, ambil sana dibelakang," tegas Alpha kepada Agus.