Kini kedua belas siswa tersebut telah berada di dalam mini bus menuju ke tempat yang belum mereka ketahui. Terasa sangat jelas suasana canggung yang tercipta di dalam bus tersebut. Semua siswa menjadi pendiam seketika.
Tak tahan dengan keheningan yang terjadi, Ajun berusaha untuk memberi kode kepada Juna yang duduk di sampingnya. Ia terus menyenggol lengan Juna dengan menggunakan sikutnya.
Niat hati ingin sekali Juna mengabaikan Ajun, namun apalah daya. Juna tidak bisa menahan diri lagi jika sudah diusik ketenangannya oleh Ajun.
“Kamu bisa diam gak Jun ?” Bisik Juna.
“Aku capek Jun. Ayolah keluarkan suaramu. Jangan biarkan suasana ini berasa menjadi kuburan. Aku gak bisa kalau diginiin Jun.” Ajun mulai merengek.
“Ya terus aku harus bagaimana ? Juna mulai gemas.
“Ya mana aku tau, pokoknya aku gak mau diam sepi seperti ini.” Si Ajun mulai meresahkan.
“Udahlah Jun lebih baik kamu tidur aja. Gausah berisik dulu.” Juna masih menahan diri.
“Gak bisa Juna, aku gabisa kalau seperti ini.” Ajun semakin merengek dengan sambil menggelitik tangan Juna.
“YAAAA !!” Tanpa sadar Juna berteriak saat Ajun mulai menggelitiknya.
“......”
Suasana yang hening semakin hening, dan perhatian seluruh penumpang bus kini terarah pada Juna.
Mendapatkan tatapan seperti itu tanpa sadar membuat Juna meneguk ludahnya secara paksa. Dalam hati ia menggerutu “Kurang ajar banget si Ajun. Kalau gini aku harus putar otak gimana caranya tetap terlihat keren.”
Setelah sekian detik berlalu, seluruh perhatian masih tertuju pada Juna. Kini Juna pun mulai memutar otaknya agar tetp terlihat keren.
“Aku minta perhatian kalian sebentar. Sekedar informasi aku adalah leader dari SMA Cakrawala. Jadi aku yang bertanggung jawab penuh atas SMA Cakrawala.” Ucap Juna dengan tampang sok kerennya dan berharap terlihat berwibawa.
Berbagai desas-desus dan bisik-bisik mulai terdengar. Siswa dari SMA Putra Cendekia mengangguk kecil sambil bergumam ‘Jadi dia leadernya. Oke catet !’
“Oke baiklah. Aku juga mau ngasih info kalau aku adalah leader dari SMA Putra Cendekia.” Kini Surya ikut bersuara, tidak mau kalah dengan Juna sepertinya.
“Perkenalan itu yang jelas dong ! Namanya siapa ? emang dikira kita tau nama kamu.” Juna mulai kumat penyakit nyinyirnya yang mampu membuat Surya menarik napasnya secara kasar untuk mengais sisa-sisa kesabarannya.