Angin pagi dan mentari tanggung menyibak halus halaman sekolah yang dilalui banyak siswa-siswi menengah atas. Tangga sekolah tak pernah absen untuk dijajaki sepatu-sepatu baru awal semester, termasuk sepatu lama yang tampak bersih dan siap untuk menyapa lantai-lantai sekolah kembali.
Aku menghela napas sampai di depan papan mading sekolah, mencari tau namaku akan dikelompokkan di kelas mana, yang jelas tak mungkin di kelas 12-A atau 12-B yang sepanjang sekolah ini berdiri, kelas A dan B hanya diisi anak-anak yang unggul secara akademis, tak penting latar belakang ekonomi mereka seperti apa, yang jelas isi otak mereka tak bisa kuperdebatkan. Dengan track record nilai-nilaiku yang selalu biasa saja, sudah pasti aku tak akan bisa masuk kelas sana, bahkan mendekatinya pun tidak. Berada di kelas E atau F saja sudah lebih dari cukup, seperti kelas 10 dan 11 dulu.
Dari belo sampai sipit tetap tidak kutemukan namaku di setiap baris kelas 12-C sampai 12-J. Aku beringsut kembali menyibak kerumunan di depan, jaga-jaga saja mana tau namaku salah alamat di kelas 12-A atau 12-B. Tiga kali kuperhatikan bolak-balik tetap tidak kutemukan namaku di sana. Kenapa? Padahal jelas di lapor tertulis bold aku naik kelas 12.
20 menit berlalu. Siswa-siswi yang datang silih berganti di depan mading yang juga merangkap papan pengumuman sepanjang 8 meter perlahan berkurang. Tak sampai belasan orang yang kini masih fokus mencari-cari nama mereka di daftar penempatan kelas. Aku menghela nafas, kepalaku sudah sakit membaca ratusan nama yang tak satu pun ada namaku. Aku akhirnya melangkah malas ke ruang guru, solusi terakhir untuk mengetahui alasan kenapa namaku tidak ada di daftar pembagian kelas 12.
Langkahku terhenti di bagian paling ujung mading, pada daftar pengumuman kompetisi dan lomba-lomba sekolah yang belum dicopot klub mading, entah apa alasannya sampai warna poster sudah tampak memudar, tidak kotor karena selalu dibersihkan petugas kebersihan sekolah.
Ada selembar kertas putih polos di sudut kanannya yang tampak baru, agak mencolok karena diisi poster warna-warni, mataku kembali menyipit membaca kepala kertas itu, tertulis ponggah: DAFTAR SISWA KELAS 12-K beserta tahun ajarannya. Mata dan otakku bergerak cepat membaca 15 nama-nama di kertas itu, akhirnya aku menemukan namaku di baris ke-10.
Sejak kapan sekolah ini punya kelas ke-11? Lebih daripada itu, kenapa daftar ini disisihkan? Aku menoleh ke kanan, 4 meter di depanku berderet rapi daftar-daftar nama pembagian kelas 10, 11, dan 12. Bukankah daftar 12-K ini tercecernya terlalu jauh?
"Seolah tak bertanggung jawab ya?" Suara gadis yang terdengar halus itu menghentikan kerutan di keningku. Aku menatap bingung gadis yang tingginya sepantaran denganku, entah muncul darimana tapi sudah berdiri di sampingku.
Dia tersenyum tipis melihat wajah kaget sekaligus bingungku. "Kenapa harus ditempel di sini kan?" Gadis itu meraba kertas daftar pembagian kelas 12-K, mendekatkan wajah, mengamati nama-nama di lembar putih itu. "Walaupun sudah tidak ada ruang di sana, setidaknya jangan ditempatkan sejauh ini, di bagian yang tak menarik mata anak sekolah sini." Dia tertawa kecil kemudian. Seperti kataku sebelumnya, mading di ujung ini hanya berisi pengumuman dan poster-poster yang warnanya sudah memutar dari tahun-tahun sebelumnya, tidak akan menjadi pusat perhatian siswa-siswi di sekolah ini karena mereka sudah tau bahkan sampai hafal isi madingnya. Sudah tak penting.
Aku melangkah sendirian melewati koridor terpisah dari koridor kelas 12 yang kutau, karena entah bagaimana, setiap koridor kelas hanya pas dibangun untuk 10 kelas. Alhasil berdasarkan info di lembar daftar siswa-siswi kelas 12-K tadi, aku sampai di gedung belakang ruang petugas kebersihan, tidak terpencil sebenarnya, tapi juga tidak ada menarik-menariknya. Koridor ini berisi banyak ruang kelas kosong, yang kabarnya akan dipecah menjadi ruang klub, gudang olahraga, gudang alat-alat sains, dan segala macam fungsi gudang lainnya. Hanya saja sampai saat ini, belum dimanfaatkan.
Langkahku berhenti di bawah papan kelas yang tampak baru, tertulis kelas 12-K dengan warna putih dan bingkai hitam berserta jumlah siswa dan nama wali kelas. Aku melangkah masuk dengan ringan, tidak bertanya-tanya lagi kenapa lembar pembagiannya tersisihkan, kenapa ada 11 kelas untuk kelas 12, juga kenapa harus dibangunan jarang penghuni ini.