Desa Wisata Sentra Industri Batik Tulis Giriloyo, nama kampung batik Giriloyo berasal dari nama kelurahan paling lama di Giriloyo dan merupakan sentra pengrajin batik. Kampung batik di Giriloyo sudah sejak ada di awal abad 17 masehi atau di tahun 1700 dan turun temurun hingga sekarang.
Sampai sekarang sudah berjalan kurang lebih 4 abad . Pada waktu gempa di tahun 2006 semua kegiatan ekonomi di Desa Giriloyo sempat mati dan hampir kolaps, sungguh menyayat hati. Namun setelah gempa berlalu, mulai hiruk pikuk kebangkitan pengrajin batik mulai bergeliat lagi di Desa Giriloyo .
Sehingga di buatlah wadah atau tempat yang berasal dari kas desa dan dibangun sedemikian rupa berbentuk joglo-joglo yang merupakan tempat untuk paguyupan batik Giriloyo. Tempat tersebut berfungsi sebagai tempat workshop dan gallery batik Giriloyo.
Kebetulan Fauji, adalah ketua dari paguyuban batik Giriloyo dan juga salah satu pengusaha batik terkenal di Desa Giriloyo dan banyak membuka toko yang bertebaran disekitar Kota Yogyakarta. Sungguh baik ketulusan hati Fauji, sebegitu perhatian sekali dengan semua pegawainya.
Sosok teladan dan kebaikan Fauji sungguh tidak landasi dengan sanubarinya yang selalu hampa kesepian, seraya hatinya makin lama, makin terasa sepi terbalut lelah dan mulai menua. Ingin sekali benak hatinya seperti kebanyakan orang, dimana waktu tuanya hanya tersenyum tertawa bermain bersama cucu.
Wajah tirus, bibir tipis beratap kumis tipis dengan dua lensa kaca mata oval menghiasi wajah tampan Fauji berdiri dari balik jendela rumah Joglo merupakan rumah adat tradisional Jawa, ciri khas rumah adat Yogyakarta.
Bangunan rumah Joglo memiliki ukuran besar, terbuat dari bahan dominan kayu. Bentuk desain khas dari rumah Joglo adalah penggunaan blandar yang bersusuk melebar keatas juga disebut dengan bladar tumpangsari.
Berdiri kokoh 4 tiang utama kayu sebagai peyangga bangunan, yang diletakan pada bagian tengah yang dinamai sakaguru. Juga kerangka memiliki fungsi sebagai penguat dan penyiku bangunan agar tidak dapat bergeser dari posisinya, kerangkan ini di namakan sunduk kili.
Sementara dihalaman depan rumah, rumput liar siap dipangkas gunting besar dengan kedua tangan Tosan. Tosan sudah lama bekerja pada Fauji, sekira dirinya kecil saat bersama almarhumah Sita, ibunya yang telah tiada.
Berbalik Fauji hanya menatap sepi seluruh furniture terbuat dari ukiran kayu jati. Sejak lama dirinya membayangkan dirinya bermain dan bercanda dengan cucu.
"Eyang Kakong ..." panggilan kecil terlontar dari bibir kecil anak kecil berdiri persis didepan pintu sesaat tertarik bayangan dua mata sendu Fauji.
Bayangan pelupuk dua mata Fauji masih tidak melepaskan sosok cucu yang di impikannya, langkah kaki kanannya mengajaknya berjalan kearah pintu. Terkejut Fauji malahan didepan pintu sudah berdiri Tosan mengarahkan gunting rumput padanya.
"Tosan! Kamu bikin kaget saya saja!" terkejut Fauji menahan emosinya, itu bukan anak kecil yang sedang membayangi dua matanya, sontak buyar bayangan impiannya.
"Arya mana, San?" sedikit melirik selasar halaman rumah hampir sudah tida ada lagi rumput liar, Fauji bertanya.
"Arya?" tidak jadi dua langkah kaki Tosan berjalan.
Fauji perhatikan Tosan cuman garuk-garuk kepalanya, kayak ada puluhan kutu menempati batok kepalanya berhelai jutaan rambut tipis.