15's Nasya

Halimah RU
Chapter #2

Bab 1

Masa orientasi sekolah untuk siswa baru SMA di mulai. Aku mendapatkan kelompok hijau, kebetulan kelompoknya berdasarkan dengan warna. Hari pertama hanya pengarahan dan pengenalan anggota OSIS sekaligus pemakaian atribut dan lainnya untuk besok.

Aku sangat senang karena satu kelompok dengan sahabatku, sehingga tidak canggung dan ada teman mengobrol.

Masa orientasi berjalan selama satu minggu dengan beberapa kegiatan seperti berkeliling sekolah, ekstrakulikuler, pengenalan dewan ambalan pramuka, rohis, dan masih banyak lagi. Pada hari terakhir akan ditempel nama-nama murid kelas 10 di masing-masing kelas.

Sahabatku menyeret tangan untuk melihat di kaca jendela kelas sepuluh yang kertas pengumuman memang di tempel disana. Satu kelas terlihat ada tiga puluh nama disana.

"Sabar La, nanti juga ketemu." Aku meminta sahabatku tidak berlarian.

Laila, nama sahabatku dari SMP terlihat antusias untuk mencari. Laila dan aku selalu bersaing untuk rangking di kelas, tapi tidak pernah bermusuhan hanya karena sebatas rangking.

"La, nama Lo disini." Aku mengecek lagi nama lengkap Laila di kelas 10 IPA 2.

Aku tengok ke samping kanan, ternyata Laila sudah menghilang. Aku berjalan menuju kelas 10 IPA 3 untuk mencari Laila. Aku tahu pasti Laila sedang mencari namaku, tapi bukan dengan ninggalin begini. Tak terlihat batang hidung Laila di sini, aku berjalan lagi.

"Nas, nama lo ada di kelas 10 IPA 3." Suara Laila terdengar di belakangku, membuatku terkejut.

Aku memarahinya, tentu saja hanya gurauan saja, sedangkan Laila hanya cengengesan.

Aku berjalan menuju kelas 10 IPA 3 untuk mengecek namaku. Setelah meneliti satu-satu aku temukan namaku disana. Aku hanya mengangguk sekilas tanpa mengecek siapa saja yang satu kelas denganku.

"Yuk ke kantin." Ucapku sambil menggandeng tangan Laila.


Senin, pukul 06.40.

Kebiasaan yang selalu melekat padaku adalah datang mepet bel masuk. Aku tadi sudah berusaha bangun pagi, tetapi tetap saja persiapannya sangat lama. Meskipun hari pertama masuk SMA ingin rasanya mengubahnya, tetapi tidak mempan pada diriku.

Aku segera masuk ke kelas, terlihat lumayan banyak teman-teman baru. Hanya beberapa yang saling mengobrol mungkin sudah saling kenal, kebanyakan diam. Sudut mataku menangkap sesosok lelaki yang sudah aku kenal lama, tapi tahun-tahun terakhir tidak saling bersapa. Lelaki teman masa kecil, yang aku kenal karena pernah satu SD dan SMP, sekarang pun satu SMA. Dia telah berubah, dulu hanya seorang anak laki-laki yang mondar-mandir saat SD, sekarang terlihat lebih tinggi dan berisi.

"Lim, lo gak bawa apa-apa ke sekolah?" Terlihat seorang teman lelaki itu mengobrak abrik tasnya, kebetulan mereka satu kelas dahulu.

Lihat selengkapnya