‘Utsman r.a. pada Masa Jahiliyah
Pada masa jahiliyah, ‘Utsman r.a. termasuk orang paling terpandang dalam kaumnya. Dia seorang yang terhormat, kaya raya, sangat pemalu, dan halus budi bahasanya. Karena itulah kaumnya sangat mencintainya. Dia juga tidak pernah bersujud kepada berhala sekali pun, tidak pernah berbuat keburukan dan meminum khamar setetes pun sejak sebelum Islam datang. Dia berpendapat tentang khamar, “Khamar itu menghilangkan akal. Padahal, akal adalah sesuatu yang paling mulia yang Allah anugerahkan kepada manusia. Karena itulah manusia seharusnya memuliakan akal, bukan melawannya.”1
1 ‘Utsmân ibn ‘Affân karya Al-Shalabi.
2 Jaisy Al-‘Usrah artinya Pasukan Masa Sulit, maksudnya pada saat terjadinya Perang Tabuk. Sebab, ketika itu kaum Muslim berangkat ke medan perang dalam keadaan yang sulit: musim panas, jalan yang terjal, dan perlengkapan yang kurang memadai. Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, Al-Rahîq Al-Makhtûm, Riyadh: Dâr Al-Salâm, t.t., h. 370.—penerj.
‘Utsman r.a. Bercerita tentang Dirinya Sendiri
'U tsman r.a. menuturkan, “Aku menabung sepuluh perkara di sisi Rabb-ku. Sesungguhnya aku adalah orang keempat dalam Islam. Aku membekali Jaisy Al-‘Usrah2. Aku mengumpulkan Al-Quran pada masa Rasulullah Saw. Beliau memercayakan putrinya kepadaku. Setelah putrinya meninggal, beliau menikahkanku dengan putrinya yang lain. Aku tidak pernah bernyanyi. Aku tidak pernah berbohong. Aku tidak pernah menyentuh kemaluanku dengan tangan kananku sejak aku membaiat Rasulullah Saw. dengan tangan itu. Aku tidak pernah melewatkan Jumat, kecuali aku membebaskan seorang hamba sahaya. Jika pada hari itu aku tidak mempunyai hamba sahaya, aku membebaskannya pada hari yang lain. Aku juga tidak pernah berzina, baik pada masa jahiliyah maupun setelah datangnya Islam.”3
3 Al-Riyâdh Al-Nadhirah, h. 500, karya Al-Muhibb Al-Thabari.
Rasa Cinta Kaum Quraisy kepada ‘Utsman r.a.
R asa cinta orang-orang Quraisy kepada ‘Utsman ibn ‘Affan r.a. sangat besar. Itu disebabkan sahabat Nabi tersebut memiliki kehormatan, kekayaan, keluarga besar, dan tabiat yang mulia. Bahkan, seorang wanita Arab menyanyikan sebuah lagu untuk putranya yang menyiratkan sanjungan dan penghargaan kepada ‘Utsman r.a. Wanita itu bersenandung:
Aku mencintaimu, dan Tuhan Yang Maha-rahmân Seperti cinta kaum Quraisy kepada ‘Utsman4
4 Mausû‘ah Al-Târîkh Al-Islâmî, bab 1, h. 618, karya Ahmad Syalabi.
‘Utsman r.a. dan Khamar
'U tsman r.a. bercerita tentang dirinya sendiri, “Aku tidak pernah bernyanyi, tidak pernah berdusta, tidak pernah menyentuh kemaluanku dengan tangan kananku sejak aku membaiat Rasulullah Saw. dengan tangan itu, dan tidak pernah meminum khamarAku juga tidak pernah berzina, baik pada masa jahiliyah maupun setelah kedatangan Islam.5
5 Hilyah Al-Auliyâ’, bab 1, h. 60, karya Abu Nu‘aim.
‘Utsman ibn ‘Affan r.a. Masuk Islam