Ara berjalan pelan di lorong perpustakaan siang ini.
Waktu menunjukan pukul 03.55 p.m artinya sudah hampir satu jam lebih dari waktu pulang sekolah dan Ara masih berjalan di lorong perpustakaan sekolah seorang diri.
Kepala Ara menunduk menghadap ke lantai lorong dengan kedua tangan memegang erat satu sama lain. Tas maroonnya di gendong pada punggung Ara, dengan rambut terurai yang menutupi wajahnya Ara berbelok tepat beberapa langkah sebelum perpustakaan.
Toilet
Itulah tujuan Ara saat ini, jika kalian bertanya mengapa bukan toilet yang terletak tak jauh dari kelasnya yang berada di samping lapangan?
Jawabannya karena anak-anak dari ekstrakulikuler basket sedang melaksanakan kegiatannya di lapangan. Artinya Ara tidak bisa melakukan kegiatannya dengan bebas.
Tepat di depan pintu bertuliskan toilet
Ara menengadahkan kepalanya menatap pintu yang Ara yakini jika isinya kosong alias tak ada siapapun di dalamnya, karena memang di waktu seperti ini biasanya Toilet samping perpustakaan ini sangat jarang di gunakan, kecuali bagi penghuni perpustakaan dan anak-anak kelas 12 Bahasa yang memang kelasnya terletak tak jauh dari toilet.
Tepat saat Ara berjalan melewati pintu, terdengar dering ponsel miliknya.
Drrt drtt
Perlahan Ara mengambil ponsel pintarnya yang terletak di tas punggungnya. Pandangan Ara tertuju pada layar ponsel nya yang menunjukan nama sang pemanggil.
Bunda
Is Calling...
Kedua bahu Ara menurun dengan refleks. Tatapan matanya beralih menuju cermin toilet yang berada di hadapannya.
Kosong.
Tatapan mata Ara kosong. Tanpa disadari setetes air jatuh dari mata Ara. Ara berjalan dengan tatapan kosong menuju toilet tanpa memperdulikan ponselnya yang masih menunjukan panggilan dari sang bunda.
Perlahan Ara menutup pintu toilet dengan tangan kirinya. Tetesan air mata kembali jatuh dari matanya. Jantung Ara berdegup kencang seirama dengan matanya mengedip dua kali lebih cepat. Tas punggungnya jatuh di atas lantai toilet yang kering. Ara tersurung ke depan menuju wastafle sembari menarik nafas kencang tak beraturan.
Tangan Ara bergetar membuka tas gendongnya dan menghamburkan semua isinya di atas wastafel toilet.
Lantai toilet di penuhi barang-barang bawaan Ara yang terjatuh atau bahkan terlempar.
Tapi benda yang dicarinya tidak ada,
Dimana benda itu?? Dimana cutter kesayangannya itu??
Bagaimana bisa Ara melupakan benda sepenting itu. Air mata Ara mulai menutupi pandangannya, semuanya memburam.
Ara memejamkan matanya mencoba menenangkan dirinya. Tak sengaja tangannya memegang jepitan rambut nya dan menjatuhkannya.
Pandangan mata Ara tertuju pada benda itu. Sebuah jepitan berwarna biru dengan ujung sedikit melancip.
Perlahan dengan tangan bergetar Ara membawa jepitan rambutnya mendekati tangan kirinya.
Pandangan Ara kembali menuju ponselnya yang kembali berdering menujukan nama bundanya yang memanggil Ara.
Perlahan Ara menekan jepitan rambutnya menusuk tangan kirinya sedikit lalu menariknya dengan kasar hingga meninggalkan jejak goresan di lengan kirinya
Satu kali
Dua kali