Bandung, 2 Januari 2024
Kereta cepat membawa pergi Tasha dari hiruk-pikuk keramaian mantan Ibu Kota, ia turun di stasiun Padalarang dan kembali melanjutkan perjalanan menuju tempat tujuan. Benar, Bandung adalah pilihan yang tepat untuk melupakan segala masalahnya. Di tempat ini, ia bertekad untuk membuka lembaran hidup baru. Melepaskan semua yang membuat hatinya sakit, berharap mendapatkan yang setimpal atas penderitaannya kemarin.
Sebetulnya, Maminya tidak begitu setuju dengan keputusannya, namun Tasha terus membujuknya sampai mendapatkan izin dengan catatan harus tinggal di tempat yang telah disiapkan dan melanjutkan bisnis Maminya. Pada akhirnya, gadis itu sampai. Bersama satu koper besar di sebelahnya, ia menatap gedung tinggi itu penuh semangat. Tidak terasa, sudah sejauh ini dia melangkah.
"Selamat datang Tasha, gue bangga sama lo! Semangat, lo harus bisa lebih bahagia daripada mereka. Walaupun berat, lo pasti bisa bertahan. Gue yakin akan hal itu." Monolognya, optimis.
Setelah melakukan afirmasi singkat itu, ia menarik kopernya untuk masuk ke lingkungan Apartemen Bandoeng City ini. Baru berjalan beberapa langkah, gadis itu sudah dibuat nyaman dengan suasana di sana. Benar-benar tempat impiannya, Maminya sangat pengertian dan memahaminya dengan baik. Sangat berbeda sekali dengan rumahnya yang dulu, tempat ini tenang dan nyaman. Sepertinya, gadis itu akan betah di sini.
Kamar 167 telah ditempatinya. Ia menyusun ulang tata letak barang-barangnya, terlihat sudah cukup lama tidak dihuni. Belum banyak benda di sana, dia harus segera membelinya agar bisa hidup lebih nyaman. Bajunya sudah disimpan di lemari, ia pergi ke balkon untuk menghubungi Maminya di Jakarta sana.
"Aku udah di lokasi, Mi. Suka banget di sini, sejuk!"
"Kamu yakin mau di sana?"
"Kenapa enggak? Di sini lebih enak, Mi."