Setelah perjalanan singkatnya, ia sampai di apartemennya. Seluruh tubuhnya terasa sangat lelah sekarang, ia berharap bisa segera merebahkan tubuh di atas kasur empuknya dan terlelap untuk menghadapi hari esok yang rasanya akan semakin berat.
Ia memicingkan mata saat melihat seorang lelaki sedang berdiri di depan pintu tetangganya, ia tersenyum tipis saat menyadari siapa orang itu. Sayangnya, seperti biasa, lelaki itu tidak membalas senyumannya dan hanya menatapnya kosong. Tidak tahu kenapa, Tasha begitu tidak nyaman dengan hal itu. Di tengah malam seperti ini, untuk apa rekannya Dewangga datang ke sana? Atau, apakah mereka tinggal bersama saking dekatnya? Entahlah, Tasha langsung masuk ke kamarnya. Tidak ingin terlalu peduli dengan urusan orang lain, urusannya saja sudah sangat rumit sekali.
Gadis itu bersiap tidur, selimut sudah ada di atas tubuhnya. Hampir saja ia terlelap, suara sesuatu yang diketuk dari balik tembok mengganggu konsentrasinya. Dia diam, berusaha mencerna suara apa itu. Namun, beberapa detik kemudian suara tersebut sudah tidak ada lagi. Di saat seperti ini, orang gila mana yang bukannya tidur malah memperbaiki sesuatu dan mengganggu tetangganya beristirahat? Entahlah, ia memutuskan untuk benar-benar tidur sekarang. Hari ini, sangat menguras energi dan kesabarannya. Besok, gadis itu harus tampil maksimal agar tidak direndahkan lagi oleh karyawan itu, Haekal.
"Besok pagi, gue pecat si cowok sialan itu!"