Di sinilah aku, hanya berdua dengan anakku yang masih berumur delapan bulan, bermalam di pengungsian yang penuh serta pengap. Siang tadi, telah terjadi peristiwa yang begitu mencekam hingga membuat seluruh bangunan di sekitar kami hampir rata dengan tanah dan jalanan sejauh mata memandang pun terbelah.
Inikah isu megathrust yang beberapa bulan lalu ramai diberitakan? Jika benar, berarti mimpi buruk yang selama ini menghantui, telah menjadi nyata.
Selama di pengungisan, tentu saja tidak mungkin menitipkan anakku pada orang asing. Namun, dia juga tidak betah berlama-lama, jika diajak mengantre untuk mengambil bantuan berupa pakaian atau makanan sekali pun! Situasi yang tidak kondusif seringkali membuat bayi menjadi rewel.
Segala kesulitan itu... lambat laun menggerus akal sehatku. Padahal aku baru mulai bisa bangkit dari masa kelam, setelah hampir delapan bulan naik-turun berjuang melawan depresi dan cemas berlebih pasca melahirkan.
Pilihanku sekarang hanya dua: meninggalkan anakku di pengungsian, atau membawanya pulang meski harus berjalan kaki sejauh enam belas kilo meter