Matahari sangat terik di hari sabtu ini, seorang gadis cantik berkulit putih berjalan tergesa sembari menutupi wajahnya dengan topi berwarna hitam yang ia kenakan untuk melindungi kepalanya dari panasnya matahari.
Menghela napas pendek sembari menepuk-nepuk kecil wajahnya yang sedikit berkeringat, ketika sudah masuk ke dalam gedung seni tari dan merasakan hawa dingin menyapa kulitnya, menggantikan rasa panas akibat terkena sinar matahari.
Cara ampuh untuk menghabiskan waktu di akhir pekan adalah dengan melakukan aktivitas yang kau sukai, salah satunya adalah menari. Benar bukan?
Ia langsung berjalan menuju ruang ganti untuk berganti baju yang biasa ia kenakan untuk latihan menari. Lalu berjalan menuju ruang latihan untuk melakukan pemasan.
Pemandangan yang pertama ia lihat saat memasuki ruang latihan besar itu adalah banyak sekali orang yang sedang berbincang kecil bersama teman-temannya. Membuatnya sedikit iri..
Namun disinilah dirinya berada, menyingkir seorang diri dari keramaian yang ada. Disudut ruangan dengan memerhatikan wajah para teman sepelatihannya sedang melakukan cengkerama kecil. Sembari menunggu pelatih yang sebentar lagi akan datang.
Hh.. terkadang ia ingin bergabung dengan mereka semua. Mereka semua baik padanya, tidak pernah ada diskriminasi atau pengucilan terhadapnya.
Namun, ada sesuatu yang membuat dirinya merasa tidak pantas untuk berdekatan dengan mereka semua. Merasa ada sesuatu yang secara tidak langsung menjadi penghalang transparan antara dirinya dengan orang lain untuk bersosialisasi.
"Hi-.. Az-..zura?" seseorang datang menyapanya dengan melirik name tag yang terpasang pada bahu kirinya.
Merasa terpanggil, dirinya lantas menoleh lalu tersenyum lembut pada seseorang yang baru saja menyapanya.
Laki-laki tampan dengan kulit eksotis, mempunyai rahang tegas serta tulang pipi yang tinggi saat dia tersenyum. Oh! Jangan lupakan pipinya yang sedikit chubby ketika ia tersenyum. Sungguh manis sekali.
"Oh! Hi, Johnny!" ujarnya balik menyapa, setelah melirik name tag yang ada di bahu kiri pria itu.
"Kau tahu namaku?"
Mata Johnny membola, wajahnya terlihat sangat terkejut ketika namanya diketahui oleh gadis cantik dihadapannya. Hey! Bukankah ia belum memperkenalkan dirinya?
Oke, baik. Ini adalah pertemuan pertama namun kenapa bisa Johnny terlihat menggemaskan sekaligus bodoh disaat yang bersamaan? Haruskah pertanyaan itu diucapkan? Batin Azura.
"Bahumu." menunjuk arah name tag yang terpasang di bahu kirinya. Dan seketika pemuda itu tersenyum kikuk sembari mengatakan 'sorry' berulang kali.
"It's okay, no problem." Azura terkekeh kecil melihat Johnny yang dirasa begitu lucu ketika minta maaf berulang kali.
Johnny berdeham pelan, "Kau-.. kenapa menyendiri? Tidak ikut bergabung dengan yang lain?"
Azura tersenyum kecil menanggapinya sebelum menjawab. "Tidak apa, aku hanya ingin sendiri saja."
Tak berselang lama, pintu ruangan terbuka, pelatih mereka datang dan memasuki ruangan. Semua peserta mulai mengambil barisan, termasuk Johnny dan Azura yang menuju tengah barisan. Agar dapat melihat instruksi pelatih dengan jelas.
Tetapi mereka terpisah, karena Johnny kembali berbaris dekat temannya. Para peserta pun mulai melakukan pemanasan agar tidak terjadi kecelakaan saat latihan.
Menggerakan tubuh dimulai dari peregangan kepala hingga kaki dengan hati-hati dan serius. Setelah melakukan peregangan, mereka mulai bergerak ringan mengikuti instruksi yang diarahkan oleh pelatih.
Barulah setelah itu masuk pada latihan inti, dimana materi kali ini adalah dance berpasangan. Azura yang merasa sangat malu akhirnya hanya berdiam diri saja, tidak sesibuk temannya yang sedang mencari pasangan untuk menjadi partner latihan.
Hingga seseorang menusuk lembut pipi kanannya, membuatnya menoleh ke arah kanan dengan refleks. Dimana kini berdiri pemuda yang beberapa menit lalu mengajaknya berbincang kecil.
Johnny..
"Wanna be my partner?" menengadahkan telapak tangannya bermaksud agar diterima oleh si cantik.
"Can I?-.." tanya Azura dengan ragu.
"Sure, pretty." godanya sembari mengedipkan matanya. Yang dibalas dengan suara tawa renyah dari Azura. Gadis itu merasa malu..
"Jangan memanggilku seperti itu. Aku tidak secantik yang kau lihat." kesal Azura. Yang tanpa terasa mengerucutkan bibirnya, membuat Johnny menjadi gemas melihatnya.
"Benarkah?" Johnny berpura-pura kaget.
Johnny memiringkan wajahnya dan menatap Azura dengan lekat, "Tetapi bagiku kau adalah gadis tercantik disini." Johnny mengedipkan matanya, yang lagi-lagi membuat Azura merasa malu.
"Baiklah, teman-teman! Lihat dan ikuti gerakan ini perlahan!!" ujar pelatih memberi arahan.
Baik Johnny maupun Azura, serta peserta yang lainnya. Mengikuti dengan serius setiap gerakan sebagai permulaan yang di contohkan oleh dua orang pelatih yang berada dipanggung kecil dihadapan mereka.
Setelah dirasa para peserta menari mulai dapat mengikuti arahan. Kedua pelatih pun mulai memberitahukan akan melanjutkan menuju latihan intinya. "Nah, baiklah! Kita lakukan bersama, bersiaplah!"
Kedua pelatih pria dan wanita itu menunjukan bagaimana cara berdansa dengan baik. Kemudian memberikan arahan untuk di ikuti juga oleh peserta didiknya.
Sesuai dengan perintah sang pelatih, para peserta mengikutinya dengan serius. Ada beberapa yang tertawa karena merasa sedikit kesulitan dan ada yang sedikit marah-marah karena tubuh pasangannya terasa kaku sekali.
Tetapi, disaat yang lain penuh dengan keluhannya. Ada satu pasangan yang berada di tengah barisan, merasa baik-baik saja dengan pasangan menari mereka. Atau bisa dikatakan jika mereka menikmati latihannya.
"Johnny, boleh aku bertanya?"
"Ya, silahkan saja." Johnny mengangguk kecil.
"Eum-.. Kenapa kau memilihku sebagai partnermu? Maksudku, masih banyak gadis cantik lainnya." tanya Azura. Pada sosok yang kini wajahnya sangat dekat dengan wajahnya.
Jujur saja Azura merasa sekujur wajahnya terasa panas, karena wajahnya kini tepat berhadapan dengan wajah Johnny.
Johnny sangat-.. Eum-..
Tampan? Hihi..
"Aku tidak tahu, aku hanya mengikuti kemana arah kakiku melangkah. Dan itu mengarah padamu." jawab Johnny jujur.
"Jika kau ingin memarahiku, marahi saja hatiku kenapa menunjukan arah langkah kakiku menuju seseorang yang sangat cantik sepertimu."
"Johnny, apa pekerjaanmu adalah merayu seseorang?" tanya Azura yang sudah jengah karena Johnny sejak tadi merayunya.
Johnny mengambil satu tangan Azura, yang bertanggar di bahu lebarnya. Lalu mengecup punggung tangan yang dirasa mungil itu. "Hanya merayumu saja cantik."
*****
Setelah melakukan latihan yang membutuhkan waktu cukup lama. Saat ini kelas menari sudah berakhir dan kini saatnya untuk pulang. Azura saat ini tengah berjalan menuju halte bus yang jaraknya lumayan jauh dari tempat gedung seni tarinya.