18 Hours

Cho Sheila
Chapter #2

Chapter 2

Azura tengah membereskan beberapa peralatan kotor. Ia harus membersihkannya dengan cepat sebelum waktu menunjukan pukul 12 siang dimana kafe akan sangat ramai ketika makan siang.

Azura bekerja di salah satu kafe milik sahabatnya sejak Senior High School, Rachel Kim. Wanita cantik yang saat ini sudah membuka banyak cabang kafe di beberapa daerah.

Sosok wanita dewasa yang sudah pandai dalam melakukan segala hal termasuk dalam menghandle semua cabang kafenya seorang diri, di karenakan dirinya belum menikah.

Pekerjaan membuat temannya itu sedikit melupakan tentang asmaranya. Yeah, sahabatnya itu adalah seorang workaholic.

Setelah setengah jam berlalu, Azura selesai membersihkan peralatan kotor dengan cepat. Ia mengeringkan tangannya lalu menggantung apron di salah satu gantungan di belakang pintu.

Azura mengambil slimbag-nya dan bergegas keluar dari dapur. Ia harus menjemput anaknya di sekolah sebelum terlambat, karena mereka pulang tepat pukul 12 siang.

Ia sudah ijin pada Rachel;yang kebetulan tengah berkunjung hari ini. Meskipun sepertinya tidak perlu meminta ijin karena Rachel pun pernah berkata, mengijinkan Azura untuk pergi menjemput anak-anaknya asalkan kembali ke kafe bersama anak-anaknya.

Tetapi sebagai karyawan yang baik dan tidak ingin mendapat perlakuan berbeda karena dirinya adalah sahabat dari Rachel. Azura tetap meminta ijin dan hanya sesekali mengajak anaknya untuk berkunjung ke kafe.

Jika ia mengajak semua anaknya, bisa-bisa pelanggan lain tidak mendapat tempat duduk. Karena anak-anaknya tidaklah sedikit.

"Azura?"

Azura menghentikan langkahnya ketika tangannya bersiap untuk membuka pintu kafe. Kemudian menoleh ke sumber suara yang baru saja memanggilnya.

Secara reflek, ia memundurkan tubuhnya ketika mengetahui siapa seseorang yang baru saja memanggilnya.

"Sedang apa kau disini?!" Azura memegang erat selempang tasnya. Menatap sosok di hadapannya dengan waspada.

Sosok di hadapannya terkekeh kecil, "Rupanya kau disini hm?" bersidekap tangan dan memandang Azura dengan tatapan sulit di artikan.

"Pergi." desis Azura.

"Hey, jangan begitu hm? Kau yakin menyuruhku pergi? Kau tidak merindukanku cantik?"

Azura perlahan memundurkan tubuhnya selangkah ketika sosok di hadapannya maju untuk mendekat. Memerlihatkan wajah mesumnya yang membuat Azura sangat takut. 

"Pergi!" teriak Azura.

"Wow.. Wow.. Baiklah.. Baiklah.."

Pria itu mengangkat tangannya sembari tertawa, tawa yang terlihat sangat tampan untuk kaum hawa yang mengincarnya. Namun, tidak bagi Azura. Karena tawa itu adalah suara yang ia benci dari sosok di hadapannya.

"Pergi atau kupanggilkan keamanan?" ancam Azura.

Sungguh! Siapapun tolong dirinya, ia tidak ingin bertemu sosok di hadapannya ini lagi. Ia melirik ke beberapa pelanggan yang hanya memerhatikan dan seperti tengah menerka-nerka apa yang terjadi di antara dirinya dan pria di depannya. Tanpa ada niatan untuk membantu.

"Ada apa ini?"

Tiba-tiba saja datang seseorang, yang langsung menghalangi pandangan Azura untuk melihat lawan bicaranya. Pandangannya terganti dengan pemandangan punggung lebar berbalutkan jas hitam mahal dengan wangi khas lelaki dewasa.

Siapakah pria yang menutupi pandangannya ini?

"Siapa kau?"

Dapat Azura dengar seseorang di depanya yang bertanya. Tunggu-.. Ia seperti pernah mendengar suara itu. Tapi-.. Dimana?

Dengusan kasar dapat terdengar, "Seharusnya aku yang bertanya. Siapa kau dan kenapa kau ikut campur pada urusanku dan gadis yang berada di balik punggungmu itu?"

Lihat selengkapnya