18 Hours

Cho Sheila
Chapter #3

Chapter 3

Malam hari pukul 8 waktu setempat. Azura baru saja selesai bekerja dan hendak pulang ke rumah. Saat perjalan menuju halte, Azura menyempatkan diri untuk menuju restaurant cepat saji. Membeli makanan untuk anak-anaknya dirumah.

Karena pastinya, hal pertama yang akan mereka tanyakan adalah, apakah ia membawa makanan atau tidak?

Setelah membeli beberapa makanan dan minuman. Azura menuju halte sambil membawa banyak plastik di kedua tangannya, berisi makanan dan minuman yang baru saja ia beli.

Bus yang menuju ke arah rumahnya masih 30 menit lagi datangnya. Dengan terpaksa akhirnya ia mendudukan dirinya, menunggu bus tersebut.

Halte tempat ia saat ini sedang sepi, hanya dirinya saja yang sedang menunggu bus disini. Membuat Azura merasa nyaman karena secara tidak langsung ia bisa beristirahat.

Sejak kejadian waktu sore beberapa hari yang lalu, dimana ada seseorang yang menyatakan tertarik padanya. Perasaan Azura menjadi sedikit tidak menentu.

Bayangkan saja, seseorang itu adalah orang asing yang secara tidak langsung masuk ke dalam kehidupannya. Lalu terjebak dalam posisi penting sebuah kehidupan pernikahan.

Azura sempat dibuat pusing untuk memikirkan kalimat pria itu. Jujur saja ia sering mendapatkan kalimat dengan maksud yang serupa. Namun-.. Ia bisa langsung mengenyahkan semuanya.

Karena ia tahu jika para pria sebelum Johnny, menginginkan dirinya benar-benar single dan tidak memiliki buntut panjang, alias anak. Tetapi Johnny-.. Pria itu berbeda dari pria-pria sebelumnya yang pernah menyatakan perasaan padanya.

PSSTT..

Bunyi suara ban bus membuyarkan lamunannya. Bus itu baru saja menutup pintunya dan hendak jalan kembali. Membuat Azura mengerjap cepat dan sontak berdiri ingin mengejar bus tersebut. Karena bus itu adalah mobil terakhir yang menuju ke arah rumahnya.

Namun saat ia hendak mengejar bus itu, ada seseorang yang mencegat tangannya. Membuatnya tertahan dan dengan takut-takut, ia menolehkan pandangannya. Matanya membulat saat melihat siapa yang mencegat tangannya.

"Kau?!"

Johnny tersenyum lebar, "Mau kuantar?"

*****

Azura menaruh teh hangat serta kue kering di atas meja. Menjamu tamu yang sebenarnya sudah telat, karena seharusnya ia menjamunya saat tamu itu datang ke rumah.

Namun, karena anak-anaknya langsung menyerobot tamu itu. Jadilah si tamu, alias Johnny. Menemani anak-anaknya untuk makan malam terlebih dulu.

"Mereka rupanya sangat merindukanku ya?" Johnny menaruh gelas yang baru saja ia sesap.

Azura mengabaikan pertanyaan itu dan lebih tertarik untuk menatap tv yang sedang menyala dan menampilkan acara yang tidak terlalu menarik.

Saat ini mereka sedang duduk di sofa ruang keluarga, dengan Johnny yang duduk di single sofa dan Azura yang duduk di sofa berukuran panjang.

"Azura?"

Azura menoleh dan mengangkat kedua alisnya. Seperti bertanya 'ada apa?'.

Lihat selengkapnya