180⁰

Late
Chapter #2

Aku, Pebisnis Sukses

Terdengar dengan amat jelas suara hujan dari dalam mobil milik Sina. Padahal, saat ini dia tengah berada di parkiran lantai basement. Hal tersebut tentunya menandakan kalau yang sedang terjadi saat ini bukanlah sekedar hujan biasa. Ini adalah hujan badai yang menurut berita pada radio akan berlangsung lama, kemungkinan besar akan bertahan hingga malam hari nanti. 

Bukan hal yang terlalu dipikirkan oleh Sina sebetulnya. Sedari tadi, dia bahkan mengabaikan hal tersebut dan terus mengotak-atik ponselnya. Membuka laporan penjualan dari bisnis yang digelutinya selama setahun terakhir. Laporan berbentuk grafik batang warna-warni yang amat mudah dipahami olehnya. Pada laporan tersebut, terlihat kalau bisnisnya selalu merugi saat empat bulan pertama, dan baru mendapat keuntungan sebulan setelahnya sampai hari ini. Tapi, jika dilihat lagi secara detail, keuntungan total hingga hari ini pun belum sepenuhnya menutupi kerugian yang dialaminya selama empat bulan pertama tersebut.

Cita-citanya adalah ingin menjadi seseorang pebisnis yang sukses. Tapi jika ditanya, bukankah arti sukses bagi tiap orang itu agak berbeda? ada yang menganggap bisa dapat profit tiap bulannya, entah berapapun nominalnya, sudah menganggap dirinya sukses. Yang lain beranggapan kalau bisa mendapat keuntungan ratusan juta tiap bulan, barulah bisa dibilang sukses. Untuk Sina sendiri, sukses adalah financial freedom, yang artinya, bisa hidup dengan tenang tanpa memikirkan kekurangan dari segi finansial selama hidupnya.

Kata itu tak sengaja didapatnya sewaktu menonton seorang motivator keuangan yang tengah menjelaskan tentang financial freedom itu sendiri di internet. Tentunya setelah mendengar perkataan motivator tersebut, Sina langsung membuang mimpi lamanya yang ingin menjadi seorang wanita karir. Dan memulai hal baru yang sangat mustahil baginya. Tapi, walau sedemikian sulitnya, tak pernah sedikitpun dia menyesali ataupun mengubah pikirannya hingga hari ini.

Bisnis yang digelutinya saat ini adalah tentang penjualan kebutuhan rumah tangga. Benda-benda kecil seperti ember, kain pel, tempat minum dan sebagainya. Dan semua itu dijualnya secara online. Yang artinya, dia tidak memiliki toko fisik sama sekali. Naasnya, semua barang yang dia jual disimpan di kamar kost miliknya. Kamar berukuran 4x5 dengan ada kamar mandi dan dapur mini didalamnya. Cukup sempit sebenarnya, tapi dia tidak punya pilihan lain. Jika harus sewa gudang hanya untuk bisnis kecil, akan sangat boros pastinya. Beda cerita jika bisnisnya sudah berkembang pesat nantinya. Jadi, terpaksa dia harus menumpuk semua barang-barang tersebut dipojokan kamar. Dan bagian terbaiknya adalah, semua hal tersebut dia lakukan seorang diri, dari mulai penyediaan barang, pengemasan, bahkan sampai pengiriman paket ke jasa pengiriman terdekat.

Bisnis kebutuhan rumah tangga ini adalah bisnis ke-tiga yang sudah dia coba dalam empat tahun terakhir. Sebelumnya, dia pernah memulai bisnis pakaian dan kue. Tapi, semua itu masing-masing dia lakukan hanya kurang dari setahun. Baru bisnis kebutuhan rumah tangga inilah yang jadi fokusnya sekarang, dan sepertinya akan bertahan dalam jangka waktu yang panjang.

Banyak sekali orang yang mencemoohnya saat pertama kali memulai bisnis. Entah itu dari rekan kerja, teman-teman satu kampus atau bahkan keluarganya sendiri. Semua perkataan mereka serupa. Intinya, mereka bilang kalau dia hanya membuang-buang waktu dan uang saja. Kemudian dengan konyolnya, meminta Sina untuk fokus saja ke pekerjaan yang saat ini sedang dia jalani. Selalu seperti itu tiap kali Sina beralih bisnis. Itulah alasan kenapa belakangan ini Sina lebih memilih untuk menonaktifkan sosial media miliknya. Berharap bisa menjauhkan diri dari omongan jahat orang lain yang bahkan tidak mengerti apa yang dilakukannya.

Selain terjun ke dunia bisnis, saat ini Sina juga bekerja pada sebuah perusahaan swasta yang cukup ternama. Gaji dari perusahaan itulah yang menjadi penunjang modalnya saat ini. Gaji yang juga terbilang cukup untuk membiayai kehidupan sehari-harinya.

*Tinggg... Sebuah notifikasi pesan masuk muncul pada ponsel milik Sina. Pesan yang isinya menanyakan tentang pertemuan yang akan dilakukannya hari ini.

Dengan perasaan penuh kecewa, lagi-lagi Sina membatalkan pertemuan yang sudah dia atur sejak beberapa hari lalu tersebut. Alasannya, tentu saja karena hujan badai bodoh ini. Saking kesalnya, bahkan sedari tadi dia tak henti-hentinya mengutuk hujan bodoh ini. Mengingat sudah berkali-kali dia sendiri yang membatalkan janji yang dibuatnya, tentu amarahnya kali ini adalah hal yang sangat wajar.

Sambil terus memutar-mutar saluran radio pada mobilnya, dia pun mulai memanaskan mesin dan bersiap untuk pergi dari mall tersebut. Saluran radio favoritnya adalah saluran yang hanya menyajikan musik-musik dengan genre rock saja. Selera yang terbilang cukup unik untuk wanita seumurannya. Karena nyatanya, beberapa wanita yang dikenalnya malah jauh lebih menyukai musik dengan genre k-pop atau j-pop daripada rock. Tapi tentu saja, menjadi sedikit berbeda dengan wanita lain tak sedikitpun mengganggunya. Dan setelah berhasil berada pada saluran favoritnya, dia pun langsung mengenakan sabuk pengaman dan bergegas menancap pedal gas mobilnya.

Lihat selengkapnya