19+

Mizan Publishing
Chapter #1

Prolog

Jalanan sepi. Cuma dua tiga mobil lewat. Untungnya matahari enggak terik. Jadi, sengaja gue bawa motor pelan-pelan saja sambil menikmati semilir angin yang lewat.

Tahu-tahu Mini Cooper itu berhenti di depan motor gue. Dan seorang cowok berkulit putih dengan potongan rambut harajuku style turun dan mendekati gue sambil ngomong, “Gila! Cantik banget lo! Eh, soorry ..., lo jualan roti?”

Gue agak mikir, siapa nih, orang? Untungnya gue bukan tipe yang gampang suspicious, jadi biasa saja. Sebagai orang yang biasa ketemu macam-macam manusia di jalanan, buat gue enggak perlu curiga. “Iya, emangnya kenapa?”

Si Cowok terus memandangi dan kemudian mengeluarkan isi dompetnya. “Gue mau beli roti lo ....”

Gue langsung menolak, “Maaf, gue nganter roti-roti ini ke warung. Enggak dijual secara langsung ....”

“Gue beli semuanya ....” Si Cowok Berkacamata itu ngotot.

“Eh, tapi ....” Gue masih belum bisa berpikir jernih, karena ni makhluk sekonyong-konyong muncul di depan gue.

“Udahlah ...,” katanya lagi seraya mengeluarkan setumpuk uang ratusan ribu dan menyerahkannya begitu saja. Lalu, dia mengambil sejumlah roti dan melemparnya ke jok belakang mobil. Kemudian, dia melihat gue dari atas sampai bawah lalu pergi lagi.

“Siapa, sih?” Ah, bodo amat! Rezeki nomplok yang penting!

Bayangin, dia ngambil beberapa roti dengan memberikan uang lima ratus ribu rupiah? Alhamdulillah banget, kan? Syukurin saja. Ini barangkali berkahnya jadi “anak jalanan”, hehehe.

Besoknya, Mini Cooper putih itu muncul lagi. Kali ini dia turun dan mendekati dengan lebih sopan lalu bilang, “Mau enggak lo jadi pacar gue?”

Hah? Gue belum sempat menjawab ataupun bereaksi, tapi Si Putih Berkacamata itu udah nyerocos. “Gue udah sering pacaran, tapi enggak tahu kenapa enggak pernah ngerasa happy. Tapi, begitu gue ngelihat lo, kok, tiba-tiba pengin coba pacaran ama orang kayak lo ....”

Lihat selengkapnya