2 Anak Surga

Paul Sim
Chapter #2

Ora Setuju

"Apa sampeyan pengin dadi bocah sing ora manut?!"

Sampai lelaki setengah baya itu beranjak bangun karena saking menahan rasa gusarnya, wajahnya tidak ingin melihat seragam aparat yang sudah di kenakan lelaki muda berbadan tegap berwajah tampan.

"Ayah, ora setuju! Sampeyan penegak hukum ing negara iki! Bocah edan, bandel!"

Masih gusar dan jengkel, sampai-sampai sisa rokok di tekan-tekan dalam permukaan asbak. Sama sekali pandangan lelaki setengah baya itu tidak ingin melihat seragam aparat lengkap dengan atributnya yang di pakai lelaki muda berwajah tampan itu.

"Saya hanya ingin mewujudkan cita-cita saya dan keinginan Ibu," bela lelaki muda itu, jelas tertera nama Boby pada kanan seragamnya. Mungkin saja lelaki muda berwajah tampan itu baru lulus dari akademi, dimana ia ingin sekali menjadi aparat dan penegak hukum di negara ini.

Tapi kenapa sampai membuat lelaki setengah baya itu tidak menyukai, jika lelaki muda berwajah tampan itu sudah menjadi aparat penegak hukum di negara ini.

"Nganti donya iki rampung. Aku ora seneng sampeyan dadi penegak ing negara iki!" dua matanya melotot terbelalak, tekunjuk jemari kanannya jelas menunjuk wajah tampan lelaki muda itu seperti tidak berani lagi membantah.

"Dasar bocah bandel!" setelah puas melampiaskan kegusarannya, lelaki setengah baya itu beranjak keluar meninggalkan lelaki muda berwajah tampan sendirian berdiri di ruangan tengah rumah. Satu rumah sederhana yang berada di tengah kota pahlawan surabaya.

Dua matanya sendu seraya hatinya bersedih menatap putaran dua roda ban sepeda berputar kedepan, sepasang pedal sepeda di kayuh dua kaki lelaki setengah baya, perasaan masih gusar segera mengajaknya berjalan pergi meninggalkan pelataran halaman rumah dengan sepeda kumbang.

Pet di letakaannya pada meja bersampingan dengan asbak hanya tersisa bekas puntung rokok. Wajahnya bersedih, kemudian ia terduduk sendirian dalam ruangan tengah. Dua matanya tegas menatap satu foto besar seorang wanita setengah baya mengenakan kebaya.

"Bu, iki seragam sing dikarepake. Aku wis nggunakake," guman dalam hati kecil lelaki berwajah tampan sesambil sekali menundukan wajahnya memperhatikan seragam serta atribut yang di pakainya.

***

"Sampeyan ngatur kabeh. Gawe Sidotopo, Pegirian lan Wonokusumo rame. Ayo penegak hukum dadi bingung," kepulan asap rokok membayangi wajah dingin lelaki setengah baya, seraya hatinya bergejolak marah setelah ia mengayuh pedal sepeda meninggalkan anaknya, kini ia sudah berhadapan dengan dua lelaki muda.

Dua lelaki muda hanya terdiam menunduk tidak berani mendongakan wajahnya, apalagi menatap wajah dingin penuh ambisi lelaki setengah baya itu masih menghisap dalam rokok.

"Tapi, Mas?"

Lihat selengkapnya