Aku yang dulu pernah benci padamu, hanya memperburuk benci itu menjadi semakin benci
***
Sudah sekitar tiga bulan kami memutuskan hubungan yang entah apa statusnya, tak ada yang harus diperbaiki dari kami berdua, tidak ada, bahkan jika itu sebesar virus, aku yang sudah jatuh pada sumur kenangan dan tak bisa lepas dari kenangan itu hanya bisa menangis setiap mengingat kenangan itu, aku yang sudah terlalu kecewa pada senja dan semesta tak pernah lagi menyapa mereka, aku terlalu kecewa.
***
"Bu beli gorengan nya ya 2" beli ku pada ibu gorengan yang sudah jarang aku temui, "4000 ribu ya neng" jawab ibu itu dengan lembut, "ini Bu..." Setelah membayar aku segera pergi menuju tempat duduk yang kosong, memang pulang sekolah adalah waktu terbaik melepas penat, apalagi sambil makan gorengan dipinggir jalan, aku tanpa basa-basi langsung memakai airpods ke telinga dan mendengarkan podcast yang biasa aku dengarkan, ya... setelah tidak lagi bersama dengan Waktu, aku mulai mengganti hobi ku dari yang terlalu mencintai lagu menjadi sang penikmat podcast, aku rasa ini baik agar tak mengingat Waktu, tak ada yang tau tentang itu, bahkan aku sendiri.
"Boleh duduk disini" kata seseorang yang izin untuk duduk disebelah ku, aku tak penasaran karena, mungkin itu hanya orang yang tak kukenal, namun justru aku salah, saat aku melihat tangannya yang tak memegang gorengan aku terheran, aku yang penasaran segera menengok ke arah dia duduk.
"Masih makan gorengan ya.." ucapan yang membuatku terbelalak, Waktu!, Aku berusaha menyembunyikan kaget ku sebisa mungkin, "kenapa?" Ucapku to the point, "kok kenapa?, Kan udah dibilang jangan sering makan gorengan, ga bagus buat kesehatan" omelnya, aku yang tak ingin berurusan buru-buru merapikan tas ku, "kakak!" Teriak seorang perempuan yang aku kenal suaranya, Puput, pas sudah hal yang memuakkan terjadi, "kakak tumben disini?" Tanyanya sambil mengarahkan pandangan sinis padaku, ya... setelah aku tak dekat dengan Waktu masih ada seseorang yang aku gak suka, siapa lagi kalau bukan Puput, membicarakan Waktu setiap saat setiap detik, aku terlalu muak dengan kisah mereka.
"Pamit duluan ya kak, put" ujarku lalu hendak meninggalkan mereka, "tunggu.." henti Waktu, "mau diantar gak?" Ucapan Waktu yang membuat aku dan Puput terbelalak, "kak..." Ucap Puput kaget, "kita kan hari ini mau jalan" ujarnya, "gak perlu kak, aku bisa pulang sendiri" tegasku, belum satu langkah dari tempat awal ku lagi-lagi hal yang mengagetkan terjadi, "aku mau bicara berdua boleh?" Tanya Waktu lagi, aku gak mengerti jalan pikirannya, "kak...Kaka udah punya janji sama Puput, aku juga gak bisa ngobrol sama kakak, kalau ada yang mau kakak sampain sekarang aja kasih taunya" tegas ku, setelahnya tak ada respon dari Puput ataupun Waktu, aku yang menganggap diam berarti tidak langsung pergi meninggalkan mereka berdua menuju halte bis terdekat.
***