20 RASA BAKSO PAK BOWO

tuhu
Chapter #22

POTONGAN KEPALA IPTU IKSAN

Kedua mata Lusi masih menatap lekat sebuah batu nisan yang terukir sebuah nama, Inggar Hanarawati. Perempuan itu adalah ibu kandung Lusi. 

Taburan bunga mawar, krisan, melati, dan kantil menghiasi kuburan Inggar Hanarawati. Aroma wangi bunga-bunga itu membuat Lusi yang duduk di dekat batu nisan, sembab oleh derasnya air mata. Pipinya basah kuyup. Padahal Wibowo sudah dua kali mengusap lelehan air mata di kedua pipi istrinya.

Setiap kali Lusi berziarah ke makam ibunya, ia harus menghadapi kesedihan serta tumpukan rindu. 

Lusi sangat mencintai Inggar Hanarawati. Bagi Lusi, ibunya bukan hanya sosok yang menghadirkan Lusi ke dunia. Ia adalah penyelamat hidup; sumber kasih sayang; panutan dalam bertingkah laku; menempa Lusi jadi perempuan cerdas dan mandiri; serta membentuk Lusi seperti sekarang ini.

Inggar Hanarawati mengajari Lusi memasak berbagai macam masakan sejak Lusi berumur enam tahun. Kehebatan memasak Inggar Hanarawati diwariskan pada Lusi. Inggar Hanarawati bekerja sebagai koki di sebuah hotel mewah. 

Dan Inggar Hanarawati lah, yang membuat Lusi menjadi pemakan daging manusia. Mengajari Lusi cara mengolah daging manusia menjadi berbagai olahan makanan.

Inggar Hanarawati mengenalkan Lusi daging manusia ketika ia menginjak umur sembilan tahun. 

Daging manusia yang disajikan Inggar Hanarawati padan Lusi ialah daging ayahnya Lusi. Inggar Hanarawati mengolah daging suaminya menjadi sop, sate, tahu bakso, sampai bubur. Lusi sangat kegirangan waktu itu. Ia begitu lahap menyantap setiap makanan. Inggar Hanarawati menjadi senang lantaran Lusi mengapresiasi masakannya.

Inggar Hanarawati memusnahkan suaminya yang pengangguran lantaran tidak tahan dengan perubahan sifatnya. Karena ketagihan judi; mencuri perhiasan Inggar Hanarawati; menjual hewan ternak tanpa izin; paling parah ialah selingkuh dengan perempuan lain. 

Inggar Hanarawati membunuh dan memutilasi suaminya sambil ditonton oleh si kecil Lusi. Di sela-sela melakukan itu, Inggar Hanarawati berkata pada anaknya.

“Ayahmu sudah jadi orang jahat. Dia harus disembelih. Kayak kambing yang pernah nyeruduk kamu.”

Sukses menyajikan olahan daging suaminya ke Lusi, Inggar Hanarawati melanjutkan memasak daging perempuan muda selingkuhan suaminya. Lusi menyaksikan lagi ibunya memutilasi; menguliti dagingnya; hingga menjadi berbagai masakan. 

Hampir setahun sekali, di hari ulang tahun Lusi, Inggar Hanarawati membuatkan masakan daging manusia untuk anaknya. Baru berhenti melakukannya saat Lusi masuk kuliah. Penyebab utamanya lantaran kesehatan Inggar Hanarawati semakin memburuk oleh kanker. 


***


Iptu Iksan tampak jengkel lantaran berkali-kali menghubungi Kompol Ruswandi namun tidak diangkat. Harusnya, Kompol Ruswandi hari ini sudah ada di kantor setelah cuti libur. 

“Sialan. Pasti smartphone-nya sengaja dimatikan,” gerutu Iptu Iksan. Hampir saja ia meremas berkas laporan di tangan kanan saking marahnya.

Iptu Iksan menyesap rokok dalam-dalam lantas menghembuskannya perlahan. Ia mencoba untuk tetap tenang lantaran sedang menghadapi situasi penting. 

Beberapa hari kemarin, anak buah Iptu Iksan bagian digital forensik memberikan tiga laporan penting. 

Pertama, terkait video CCTV yang memperlihatkan mobil Toyota Kijang berwarna merah melintas di depan pom bensin, di malam hilangnya Ustaz Jalal. Setelah dicocokkan dengan keterangan saksi dari pedagang angkringan, hasilnya positif. Toyota Kijang Merah itu yang dilihat si pedagang angkringan.

Kedua, mobil Toyota Kijang Merah terekam jelas juga pada CCTV minimarket, di jalan menuju waduk. Bertepatan dengan hilangnya Marwan

Ketiga, sebuah fakta yang membuat Iptu Iksan tercengang. Diam-diam, Kompol Ruswandi bercerita pada Iptu Iksan kalau selingkuhannya bernama Ayu menghilang. Ia meminta bantuan Iptu Iksan untuk menyelidiki secara diam-diam. Kompol Ruswandi takut bocor ke polisi lain yang akhirnya didengar oleh istri Kompol Ruswandi. Meskipun jengkel, Iptu Iksan terpaksa ikut membantu mencari Ayu. Dan ditemukan sebuah rekaman CCTV dari toko material. Memperlihatkan Ayu masuk ke mobil Toyota Kijang Merah, di hari ia menghilang.

Tiga temuan fakta itu mengarahkan Iptu Iksan mengerucut pada kepemilikan mobil Toyota Kijang Merah. Sialnya, mobil itu memakai tiga nomor plat berbeda-beda. Setelah dimasukkan ke dalam sistem, tiga nomor plat itu tidak terdaftar. Semuanya palsu.

Tiga rekaman CCTV, tiga nomor plat mobil berbeda. Itulah fakta menyakitkan yang membuat Iptu Iksan murka setengah mati sampai membanting kursi, melempar gelas, serta memukul-mukul meja. 

“Kurang ajar. Si penculik itu pintar sekali. Tidak sembarangan bertindak.”

Iptu Iksan juga menganalisis motif penculikan. Ia buntu ketika menghubungkan keterkaitan para korban orang hilang. Mengapa mereka diculik? Apa motifnya? Apa karena motif uang? Kalau motif uang, mengapa menculik seorang penambal ban? Mengapa tidak minta uang tebusan ke keluarga korban? Atau motif balas dendam? Persaingan bisnis? Masalah asmara? Berbagai kecamuk pertanyaan menyesaki pikirannya. Membuat Iptu Iksan sempat putus asa. Semangatnya untuk memburu si penculik perlahan padam. Ditambah lagi, Kompol Ruswandi cuti lumayan lama. Laporan yang sudah dikirimkan sama sekali belum dibalas olehnya. 

Sebuah petunjuk penting datang tanpa diduga oleh Iptu Iksan. Suatu siang, anak buahnya memesan mie ayam bakso di warung Mie Ayam Bakso Pak Bowo. Iptu Iksan yang lebih suka soto dan tidak terlalu suka mie ayam bakso ikut menyantap. Untuk pertama kali dalam hidupnya, Iptu Iksan disergap jatuh cinta pada rasa mie ayam bakso. Ia bahkan bersumpah dalam hati kalau kelezatannya melampaui soto.

Lantaran belum puas hanya menyantap satu kali, hari berikutnya, Iptu Iksan serta beberapa anak buahnya pergi ke warung Mie Ayam Bakso Pak Bowo. Iptu Iksan takjub melihat ramainya pengunjung. Ia pun menyantap mie ayam bakso langsung di tempat asalnya. Kenikmatannya jutaan kali lebih mantap. Ia menjadi ketagihan mie ayam bakso.

Suatu sore, saat pulang menuju rumah, Iptu Iksan mampir ke warung Mie Ayam Bakso Pak Bowo. Seperti biasa, ia memesan mie ayam bakso jumbo dan es jeruk manis. 

Setelah puas menuruti nafsunya menyantap mie ayam bakso jumbo, Iptu Iksan menemui Wibowo dan Lusi untuk membayar. Ia mengungkapkan pada Wibowo dan Lusi kalau dirinya sangat menikmati hasil karya mereka berdua.

Saat menuju berjalan menuju motor, Iptu Iksan melihat mobil Toyota Kijang Merah terparkir dekat pohon mangga. Seketika Iptu Iksan tercengang kaget. Tubuhnya sampai gemetar. Dengan langkah pelan sambil menahan kecamuk perasaan, Iptu Iksan menghampiri mobil itu. Semakin dekat, ia semakin yakin kalau mobil Toyota Kijang Merah yang terekam di tiga CCTV berbeda itu, sama wujudnya dengan mobil di depan matanya. Jantung Iptu Iksan berdegup tidak karuan. 

Iptu Iksan melihat plat nomornya. Karena tidak ingat tiga nomor plat palsu, serta tidak membawa berkas laporan, Iptu Iksan kesulitan untuk mencocokkan. Ia pun memutuskan untuk memotretnya menggunakan smartphone. Rencananya setelah ini ia hendak balik ke kantor. 

Tidak cukup sampai di situ, Iptu Iksan masuk ke dalam warung. Dengan mata tajamnya, ia memandang setiap pengunjung yang sedang menyantap makanan. Tidak semua wajah terekam dalam matanya, banyak pengunjung yang duduk membelakangi Iptu Iksan. Ia tidak ingin membuat kecurigaan.

Diam-diam, Iptu Iksan menghampiri Wibowo dan Lusi. Dengan suara berbisik, Iptu Iksan bertanya tentang mobil Toyota Kijang Merah. 

Wibowo dan Lusi sempat keluar untuk melihat mobil yang dimaksud Iptu Iksan. 

Lusi mengatakan pada Iptu Iksan kalau mobil Toyota Kijang Merah itu baru pertama kali melihatnya. 

“Aku sendiri nggak tahu pemiliknya, Pak. Soalnya yang makan di sini banyak. Jadi nggak terlalu memperhatikan.” Begitu keterangan dari Lusi.

“Oh, begitu.” Iptu Iksan mengerutkan dahi. Pandangan matanya beberapa kali melirik ke arah pengunjung.

“Memangnya kenapa dengan mobil itu, Pak?” tanya Wibowo.

Lihat selengkapnya