***
"Temenan ojo geng-gengan. Sekali terlibat, sulit terlepas"
***
Kesepian
Adalah kalimat yang paling tepat untuk mengungkapkan 99% kegalauan iim dua tahun mengenyam pendidikan di fakultas ilmu hadits.
Iim tak punya teman. Semenjak ditinggal boyong* kelima anggota gengnya usai lulus ujian nasional MA, hampir setiap anak balatan membuka gengnya masing-masing. Squad nama keren nya. Akibat beberapa keisengan di masa lalu, tak diterima di squad manapun. Keisengan dimana sewaktu temen-temennya masih pada culun, duduk memeluk lutut di depan lemari masing-masing, tak terasa Iim and the gank telah berkelana di atas lima hektar tanah sebanyak sepuluh kali. Menakut-nakuti anak kamar sebelah yang tak dikenal menggunakan mayat kecoak yang terkapar di atas blackhole kakus yang meluap. Besoknya anak kamar itu minta boyong.
Terkadang iim bingung. Sebetulnya yang jahat dia, atau para sekabehane konco** yang terlalu serius sih? Itu kan cuma kecoak. Bukan mengucilkan salah satu teman di Fakultas sampai-sampai perdana ia baru mengumumkan ketidakbetahannya setelah 10 tahun mondok di Darul Ihsan, Jombang.
"Abah, iim mau boyong" ujar Iim di telepon
"Boyong ngapain?" sahut abahnya
"Udah nggak betah."
"Katanya dulu betah banget disana ... sampe rela dimaqomi sama gus sekitar ..."
"KATA SYAPA!!!!!"
"Iim kamu ngebentak abah?!" seru kakak Iim di Bandung masuk ke dalam panggilan abah di Wartel. Sontak beberapa santri Darul Ihsan yang sedang mengantri handphone di belakang iim auto menolehinya dengan tatapan benci. Dianggap mencoreng nama Darul Ihsan,
"Ni anak siapa dah nggak ada akhlak?" komen salah satu dari mereka yang keorangtuaan.
"Pokoknya pengen boyong!" kali ini Iim melirihkan volume suaranya.
"Nggak bisa boyong boyong begitu... Maksud abah, kalau misalkan kamu nggak betah, kenapa baru ngomong sekarang? Nggak dari dulu, nggak dari sepuluh tahun silam. Kan sayang neng bentar lagi mau wisuda. Baru aja kemaren transfer uangnya abah..."
"Iya bah, emang ..."
"Eneng lagi ada masalah apa??"
Iim terdiam.
Jyujyur, sebenarnya Iim juga kurang paham dengan keinginan boyong yang tengah menguasai dirinya akhir-akhir ini. Terutama kalau habis ditanya ada masalah apa seperti abah barusan. Entah kenapa hati Iim tiba-tiba terasa lega. Semua kegalauan hilang... kesumpekan hilang... masalah seolah tak pernah ada. Padahal kalau mengikuti kesehariannya, mental kalian seolah tercabik ketika menyaksikannya.
Dan setiap disodorkan pertanyaan ada masalah apa, yang terngiang di kepala Iim selalu; "Masalahku tidak seberat orang yang ketahuan mencuri, pacaran, bedal*** ortunya bercerai, ayahnya kehabisan dana dan lain-lain".
Renungan itu jugalah yang selalu membuat iim menjawab,
"Nggak apa-apa bah,"
"Palingan iim juga lupa besok."