Sedari sore, tetes hujan bergemerisik riuh. Hembusan udara dingin perlahan menyusup melewati celah kaca jendela di sebuah rumah bercat putih pucat.
Menjelang malam, biasanya di ruang tamu selalu ramai oleh penghuninya. Bercengkerama hangat penuh canda tawa. Namun, kali ini terasa berbeda. Ruang tamu berselimut sepi dan gelap.
Di antara kesunyian yang ganjil itu, sayup-sayup terdengar suara seorang laki-laki muda terbatuk-batuk di ruang dapur.
Laki-laki itu sudah mengenakan masker, namun tetap saja ia masih terbatuk. Wajahnya basah oleh cucuran keringat sebesar kelereng, padahal udara di luar lumayan dingin menusuk.