25

Papp Tedd
Chapter #3

Part 2

Pukul 06.00, pria paruh baya duduk sendirian di teras rumah. Pandangannya sesekali menoleh ke bangunan bercat biru. Sorot matanya tajam, mengisyaratkan suatu hal. Tanpa terasa, air mata mengalir perlahan membasahi pipinya. Di saat anggota keluarga masih terlelap, dia merenung tanpa kawan.


"Pak, Pak, Pak!" Teriakan Sherly menyadarkan angannya.


"Pak, Pak." Dia itu memperhatikan pria di depannya.


"Bapak kenapa nangis? Bapak enggak lupa, 'kan, ini hari apa?" tanyanya, sembari bercangkung di hadapan pria itu.


"Bapak enggak lupa, Nak," jawabnya sembari menyeka air mata.


"Pak, aku sekarang udah dua puluh tujuh tahun. Bapak enggak bisa nahan aku lagi buat ketemu mami sama papi."


Pagi itu, bukan tanpa alasan Dirman berlinangan air mata. Bahkan ketika Sherly membahas soal itu, tangisnya kian tak terbendung. Pria itu memberi tatapan penuh arti kepada wanita di hadapannya.


Sejak kecil, Sherly tinggal dengan Dirman dan pembantunya, Ibu Asri. Wanita yang memiliki darah Tionghoa itu dititipkan kedua orang tuanya saat kekacauan terjadi di tahun 1998.


"Sherly, kita masuk!" ajak Pak Dirman.


Dirman meminta padanya untuk memanggil Ibu Asri. Mereka pun berkumpul di ruang tamu. Pria berusia lima puluh tahun itu mengambil kotak yang ditaruh di bawah meja. Mimik wajah mereka berubah saat melihat empat persegi akhirnya dikeluarkan. Sherly memandang Dirman dan Ibu Asri secara bergantian.


"Pak, bukannya hari ini kita harus ke Singapura, ya? Atau mami sama papi pulang ke Indonesia hari ini?" Sherly tampak antusias.


Mereka menggeleng sebagai respons atas pertanyaan Sherly. Dirman dan Ibu Asri tengah mempersiapkan mental sekian lama. Mereka pun tak sanggup lagi menyimpan rahasia kepada Sherly.


Suasana di ruang tamu mendadak hening.


"Ini ada apa sebenarnya?" Sherly bingung dengan sikap Dirman dan Ibu Asri.


Ibu Asri mengangguk, lalu menahan kedipan matanya beberapa detik. Dirman memahami maksud wanita di hadapannya. Dia menghela napas panjang sebelum mengurai kisah sebenarnya.


Langkah pertama, Dirman mengeluarkan album. Di sana ada beberapa foto dengan kualitas gambar VGA. Dia menunjukkan foto mami dan papinya. Mereka tersenyum bersama Pak Dirman.


"Itu mami dan papi," kata Pak Dirman.


Lihat selengkapnya