25 TAHUN PERNIKAHAN

Lisnawati
Chapter #1

LANGKAH PERTAMA

Lampung, 2023

Wanita akan menemukan titik lelahnya setelah bertahan terlalu lama tapi tak pernah di dengarkan dan selalu diabaikan. ~ Nindi.

Ruangan berukuran 3 x 2 m² yang dihiasi beberapa kertas bertulis puisi terlihat estetic untuk kamar seorang gadis. Sangat sesuai untuk seseorang yang gemar menulis atau berekspresi melalui rangkaian kata-kata. Bahwa sebenarnya puisi yang di pajang bentuk ungkapan yang dirasakan namun sulit tersampaikan.

Ada beberapa kertas nampak menguning dipastikan sudah termakan usia membuat dinding ikut berubah sedikit kusam. Disisi pojok dekat jendela ada almari kayu berisi tiga susun bagian serta dibagian pintu terdapat cermin besar mengarah tepat ketempat tidur yang mulai berantakan. Seorang gadis duduk di tepi kasur meraih telapak tangan wanita berusia sekitar lima puluh tahun yang murung. Wanita itu merupakan ibunya, Nindi Ayutia. Sedangkan Gadis didepannya lebih mengeratkan genggamannya kembali seolah menyalurkan energi baru.

Hembusan angin malam dari jendela masih bergoyang. Waktu menunjukkan pukul sembilan malam. Tidak ada suara selain tatapan mata penuh arti.

"Bunda...." Gadis itu menghela napas panjang, memulai percakapan. "Ayana gak ingin Bunda terus terluka."

Wanita berusia itu menatap lurus kedepan tepat kearah pantulan dirinya dicermin.

"Ayana ngerti jadi seorang ibu itu tugas seumur hidup, tapi itu gak menjamin akan terus berjalan lurus. Mencapai dua puluh lima tahun bahkan bukan perkara mudah, bunda. Banyak pengorbanan sudah Bunda lakuin." Ayana berkata sambil terus menggenggam erat jemari yang dipanggil Bunda. Raut wajahnya masih murung penuh kepedihan.

"Lagian, Bun. Ayana, Kak Rianti, atau Rahman udah besar jadi cukup paham mana yang bener dan salah. Wajar kan, bun kalau Ayana kebawa emosi kaya tadi pagi?" bibir Ayana kini mulai bergetar, kelopak matanya memerah seolah membendung sesuatu yang sebentar lagi akan jatuh. "Ayana juga capek bunda, tahun-tahun terakhir ini berat banget buat Ayana menerima semuanya terlebih kalau .... " isakan tangis pecah hingga gadis bernama Ayana tidak melanjutkan kalimatnya lagi.

Nindi mendekati langsung memeluk tubuh gadis yang telah dilahirkannya dua puluh tahun lalu. "Kalian itu anak Bunda."

Lihat selengkapnya