•Di usia 25•
____
TERORREEEETTT!!
Suara terompet yang cukup memekakan telinga membuat Rindu yang baru saja membuka pintu dan menginjakan kaki di dalam rumah pribadinya seketika tercenung dan tersentak kebelakang.
Wajah Rindu yang sedikit kusam terlihat datar. Ada raut bingung di sana saat melihat dua wanita paruh baya yang sedang mengenakan topi ulang tahun di depannya, tidak lupa dengan terompet ulang tahun dan kue ulang tahun yang disodorkan ke arahnya disertai lilin dengan angka 25 berdiri kokoh ditengahnya.
Dua wanita itu adalah Rena dan Bik Minah selaku orang yang dipercaya Rindu untuk mengurus rumah ini.
"Mama sama Bik Minah ngapain?" tanya Rindu.
"Ngerayain ulang tahun kamu lah, Ndu. Emang kamu nggak liat ini kue di tangan Mama?"
Bik Minah tersenyum sambil mengangguk-angguk. "Iya, Non. Tadi pagi Ibu datang ke sini pas Non Rindu udah pergi. Kue ini juga Ibu yang buat. Selamat ulang tahun ya, Non Rindu."
Rindu melirik kue ulang tahun dengan lilin yang kini dinyalakan.
"Rindu bukan anak kecil lagi, Ma. Nggak perlu dirayain segala."
"Ulang tahun bukan cuma buat anak kecil aja, Ndu. Kamu ini nggak tau, ya?" omel Rena. "Udah, ayo sekarang tiup lilinnya."
"Tapi ulang tahun aku, kan besok, Ma."
Rena dan Bik Minah terdiam dengan senyum yang perlahan luntur, keduanya pun menoleh satu sama lain. Seolah tengah terjadi adu batin keduanya saling melotot.
"Bukannya kata Ibu ulang tahun Non Rindu hari ini ya?" tanya Bik Minah pada Ibu dari majikannya itu.
"Loh, emang saya pernah bilang begitu? Saya nggak bilang gitu, kok," bantah Rena.
"Iya. Tadi pagi pas Ibu datang ke sini bilang kalo sekarang ulang tahun Non Rindu."
"Emang iya? Tapi kata Rindu ulang tahunnya besok, kok."
Rindu memijat pangkal hidungnya yang terasa pening melihat perdebatan kecil di depannya.
Saat Rindu baru saja akan hengkang dari sana, Rena sudah terlebih dahulu menghalangi jalannya dan kembali menyodorkan kue ulang tahun itu ke hadapannya.
"Udah, nggak apa-apa, sekarang kamu tiup aja lilinnya. Lagian ulang tahun kamu, kan besok. Tinggal hitung beberapa jam lagi. Apa bedanya sekarang sama besok, yang penting umur kamu udah 25 tahun. Ayo tiup," ujar Rena panjang diiringi helaan napas dari Rindu.
"Iya benar, Non. Itu artinya kita berdua yang pertama ingat ulang tahun, Non Rindu. Ayo tiup, Non," ujar Bik Minah menimpali.
Rindu menatap Rena dan Bik Minah bergantian. Dengan pasrah Rindu hanya menuruti dan meniup lilin sampai api yang menyala di atas dua angka itu padam seketika.
"Udah," kata Rindu diiringi tepuk tangan dari Bik Minah.
Setelah acara ulang tahun yang sebenarnya salah tanggal itu, Rindu menyandarkan tubuhnya di sofa dengan kepala mendongak dan mata tertutup.
Rena mengikuti Rindu dan meletakkan kue ulang tahun itu di atas meja, sedangkan Bik Minah pamit kembali ke dapur untuk membereskan acara masak memasaknya.
"Ndu," panggil Rena dengan pandangan yang masih tertuju pada televisi yang sedang menayangkan pemberitaan mengenai pernikahan beberapa artis yang akhirnya menikah muda.
Rindu membuka matanya, untuk sejenak ia menatap langit-langit, kemudian beralih pada sang Mama. "Kenapa?"