"Kamu anak ayah satu-satunya, ayah harap kamu bisa jaga ibumu dengan baik."
Gue masih menangis melihat ayah yang masih terbaring lemah.
"Satu lagi, ayah ingin kamu kuliah nak. Ayah dan ibu masih punya tabungan untuk pendidikanmu dan ayah harap pendidikanmu itu mampu membantumu meraih masa depan."
Itulah ucapan terakhir ayah yang masih gue ingat. Kali ini beliau telah beristirahat selama-lamanya. Gue masih termenung seakan tidak percaya kalau ayah sudah meninggal. Gue lihat ibu yang juga masih terus menangis sambil ditenangkan oleh orang-orang dari keluarga ayah. Sedangkan aku, ditenangkan oleh Doni dan Pak Ruslan yang selalu ada karena beliau adalah sahabat ayah.
"Yang sabar Bim, ini jalan terbaik yang Tuhan berikan." ucap Doni, satu-satunya teman gue yang selalu berada di sini.
Gue nggak membalas ucapan Doni itu dan masih termenung melihat ayah meninggalkan gue dan ibu. Gue masih teringat ketika almarhum ayah mengatakan,