"Terima kasih loh bim untuk malam ini, nanti gue ganti deh uangnya." ujar Tantri yang telah selesai menyantap hidangan penutup yang dia pesan tadi.
Malam sebelum Tantri pergi ke Surabaya, gue mengajaknya ke sebuah restoran Jepang ternama di kota. Restoran ini terkenal mewah dan harganya yang juga mahal. Namun itu nggak gue pikirkan sama sekali karena gue ingin jadi satu-satunya orang yang merayakan ulang tahunnya agar dia nggak bakalan lupa momen seperti ini.
"Nggak usah lah Tan, elo kayak apaan aja."
"Serius lah, ini kan mahal."
Ternyata Tantri pun menyadari kalau harga makanan di restoran Jepang ini memanglah mahal.
"Serius, anggap aja kita merayakan ulang tahun elo dan gue kasih oleh-oleh ke elo sebelum elo berangkat."
"Bisa aja elo Bim."
Tidak pernah bosan gue lihat senyuman Tantri ini, begitu manis dan cantik.
"Sini bim, mendekat, kita foto-foto ya."
Ajakkan Tantri mengajak gue berfoto membuat gue kikuk. Posisi kami yang berhadapan, di bilang Tantri kurang dekat dan gue pun harus menyesuaikan posisi. Setelah beberapa kali memotret ia nampak puas dan senyam-senyum sendiri. Gue sedikit berceloteh kepadanya,
"Share di grup dong."
"Iya ini mau kok, sekalian gue upload ke Instagram story juga."
"Jangan di Instagram, entar cowok elo marah."
Aku berkelakar seperti itu karena beberapa hari yang lalu sempat kulihat feed instagram Tantri. Nampak ada foto seorang cowok dan dirinya.
"Cowok apa? gue nggak punya cowok kali." ujar Tantri ketus.
"Masa sih? Di feed elo itu loh Tan."
"Ih elo stalking gue ya? Sebegitu memperhatikannya."