DEPOK 28 MARET 2017
---Destra---
Apakah aku bisa berpura-pura bahagia untuk menutupi kesedihan? Bagaimana caranya agar aku dapat merubah hidupku? Ketika itu aku tidak bisa memahami apa arti cinta, kasih sayang, dan perjuangan yang sesungguhnya. Sejenak ku berpikir aku hidup selalu dalam bayang-bayang kegelapan yang kurangnya perhatian dari orang tua ketika kecil. Saat itu aku pernah berdoa kepada sang pencipta, jika bertemu seseorang yang dapat memberikanku makna dari kasih sayang dan cinta, maka dia akan merubah kehidupanku menjadi lebih baik.
Aku adalah Destra anak ketiga atau bisa di bilang anak terakhir dari pernikahan mamah dan aku berkerja sebagai karyawan swasta. Kehidupanku sangat membosankan, mungkin sebagian orang melihat keluargaku baik baik saja namun tidak pada kenyatanya. Kehidupan keluargaku tidak pernah tenang, selalu ada saja ocehan di setiap harinya yang membuat aku tidak betah dirumah. Begitu pula dengan mamah dan abang-abang ku yang mungkin sudah merasa jenuh dengan suasana dirumah, sehingga ia jarang dirumah. Papah dan Mamah sudah bercerai sejak aku masih duduk di bangku sekolah dasar, karena perceraian itu orang tua mamah ikut tinggal bersama kami. Waktupun telah berubah, semenjak itu kehidupanku tidak lagi tau apa itu cinta dan kasih sayang. Selalu saja aku merasa tertekan dengan ocehan nenek setiap harinya. Namun disaat rasa putus asa itu melonjak, muncul seseorang yang membuat aku mampu bertahan hingga sekarang.
Tanggal 23 Maret 2017.
Ketika itu aku sudah ada janji bertemu dengan dua teman ku yaitu Alif dan Aras di sebuah caffe yang tidak jauh dari rumah. Hingga aku tiba, mereka sedang duduk dengan di iringi alunan musik akustik bertema pop. Hari itu adalah malam senin nampak cafe yang tidak terlalu ramai, hanya ada beberapa pelanggan saja yang datang. Aku berserta Alif dan Aras sedang asyik menikmati suasana cafe sambil menikmati secangkir coffee dan beberapa menu camilan yang sudah di pesan sebelum aku datang. Namun beberapa menit kemudian terdengar suara pesan dari handphone ku.
Aku pun mengambil handphone untuk melihat isi pesannya, nampak nomer tidak kukenal "Hai, masih kenal aku?" isi dalam pesan tersebut, Karena merasa penasaran siapa yang mengirim pesan tersebut aku pun membalasnya "Ini siapa ya?" sambil mengingat nomer handphone siapa yang mengirim pesan ini. Hingga akhirnya nomer itu membalas "Ini aku teman sd kamu" seketika aku semakin penasaran dan membalas pesannya tanpa menghiraukan sekitar, "siapa ya? Maaf soalnya sudah lama sekali tidak pernah bertemu dengan teman waktu semasa sekolah dasar" kataku. Nomer itu kembali membalas dengan cepat "ini aku Lu'ay masih ingat nggak?". Disitulah aku baru mengetahui bahwa nomer yang tidak kenalnya adalah teman semasa sekolah dasar dahulu, walaupun aku sama sekali tidak mengingat nama Lu'ay semasa sekolah.
Tak lama berselang dengan raut wajah yang sedang berpikir sembari mengingat nama teman sekolah, aku di tegur oleh Aras.
"Des! Loe kenapa deh kaya orang bingung sambil pegang handphone" kata Aras sambil melempar kentang goreng.
"Tau ni, ada yang chat gua katanya si teman sekolah gua tapi gua nggak ingat" jawab Destra sambil tertawa.
Alif yang kala itu hanya memperhatikan ikut mengobrol dan berbicara.
"Cewek atau cowok des? Itu cewek buta kali ya chat loe" sahut Alif bertanya tanya dengan muka yang sedikit mengejek dan tertawa.
"Eh gini gini mantan gua banyak hahaha, Kayaknya cewek si soalnya namanya Lu'ay bodo ahh nggak tau gua hahahaha gua ladenin aja" jawabku sambil tertawa geli.
"Si pea, iya udah yuk cabut pulang" kata Aras sambil bangun dari tempat duduk.
Akhirnya mereka pun kembali kerumah masing-masing. Malampun berlalu berganti menjadi pagi, dengan suasana kota Depok yang begitu cerah. Entah kenapa disaat aku terbangun dari tempat tidur menjadi sedikit penasaran dengan wanita yang bernama Lu'ay, Sejenak itu aku berpikir dan berkata "maksudnya apa ya dengan mengirim pesan seperti itu, lagi pula kalau dia temen sekolah dasar gua, mana mungkin dia kenal. Dasar cewek aneh" kataku dengan menghela nafas. Tak lama setelah aku menghela nafas, terdengar suara pesan dari handphone. Aku segera mengambil handphone yang berada di samping kanan dan melihat, ternyata isi pesan dari group tentang undangan pernikahan salah satu teman sekolah di Hari Minggu Tanggal 28 Maret 2017.
Hari Minggu sebenarnya aku sudah ada janji dengan Rizka wanita yang saat itu aku pacari, untuk pergi bersamanya ke makam Papah. Lagi pula aku juga tidak pernah hadir di acara teman-teman semasa sekolah dulu, Karena merasa tidak terlalu akrab dan tidak terlalu penting aku hanya membaca isi pesan tersebut.
Tanpa berpikir panjang aku beranjak menuju kamar mandi untuk kembali melanjutkan aktivitas sebagai karyawan swasta di suatu event pernikahan. Event-event pernikahan mewah dengan konsep modern berstandar internasional merupakan hal biasa bagi ku. Kebiasaan sehari-hariku yaitu mengunggah photo status ke sosial media hasil event pernikahan, Namun tak lama setelah mengunggah photo beberapa event, wanita yang bernama Lu'ay berkomentar dan bertanya-tanya mengenai status yang aku unggah "Kamu kerja di WO?" isi pesan whatsapp dari Lu'ay. Aku nampak semakin bingung dan berbicara sendiri tanpa membalas komentarnya "Apaan sih ini cewek sok akrab banget".
Hingga malam tiba, sesampainya aku dirumah yang seusai berkerja seperti biasa. rumah dengan model minimalis warisan satu-satunya dari almarhum Papah yang ditinggalkan untuk anak-anaknya.
Suara pager besi terdengar disaat aku buka dan suara langkah sepatu berjalan menuju pintu rumah hingga aku membuka pintu dan berkata. "Assalamu'alaikum" masuk kedalam rumah, Nenek dan Kakek ku pun menjawab. "Wa'aikumsalam" sembari melihat ke arah pintu.
ini Nenek orang yang membuat aku tidak betah dirumah karena sifatnya yang seperti preman, namun tidak dengan kakek yang tidak ingin terlalu banyak bicara. Nenekku hanya memikirkan uang saja tanpa memikirkan perasaan cucu-cucunya. setelah itu Nenek menghampiriku yang sedang melepas sepatu dan berkata.
"Udah makan belum? Nenek bagi jajan napa?" pinta Nenek dengan logat khas orang Betawi.
"Belum juga masuk baru didepan pintu udah dimintain uang aja" jawabku dengan nada yang lelah dan sedikit kesal.
"Ya kalau nggak ada, ya nggak apa apa. kalau ada Nenek ambil" sahut Nenek dengan tatapan sinis.
"Iya nanti mau istirahat dulu" kataku dengan wajah yang lesu.
Hari pun berlalu seperti biasa hingga malam Minggu pun tiba, pada Tanggal 27 Maret 2017. Aku yang sedang duduk santai di depan rumah dan di temani dengan secangkir coffee hitam yang baru saja di seduh, sedang asyik mengirim pesan whatsapp ke Rizka. perempuan manis dengan kepribadian yang susah untuk di atur.
"Kamu lagi dimana?" Pesanku mengawali pembicaraan.
"Lagi dirumah" balas Rizka
"Kamu udah makan?" Tanyaku
"Udah" jawabnya
Namun disela aku dan Rizka sedang chatting tanpa di duga ayah dari Rizka meneleponku, seketika saat itu aku berpikir kenapa ayahnya telepon sedangkan Rizka dirumah. namun aku memutuskan untuk menjawab panggilan tersebut.
"Hallo om" kataku mengawali pembicaraan.
"Halo des, kamu lagi sama Rizka? soalnya udah dua Hari dia nggak pulang kerumah" tanya Ayah Rizka dengan nada bicara yang begitu khawatir.
Aku jadi semakin bingung saat itu, karena baru saja Rizka bilang sedang dirumah, akan tetapi Ayah Rizka bilang kalau dia sudah tidak pulang selama dua Hari.
"Hallo des, Rizka disana nggak?" Ayah Rizka kembali bertanya.
"Ya om, maaf tadi saya nggak dengar. Kenapa om Rizka nggak pulang dua Hari?" Tanyaku dengan sedikit bingung dan gugup menjawab pertanyaan ayahnya.
"Iya nggak pulang kerumah udah Dua Hari, Rizka lagi sama kamu nggak?" Ayah Rizka bertanya kembali untuk memastikan.
"Nggak om, tapi Rizka lagi chattingan sama aku bilangnya lagi dirumah" dengan wajah yang bingung.