Mereka adalah bualan nyata, sebuah prosa yang tak pernah memiliki diksi indah. Sedangkan aku adalah tunggal yang tak pernah jamak.
~Nadila~
Sesampainya di kelas Ailin melihat Nadila yang baru masuk sekolah setelah beberapa bulan absen karena sakit, tengah menangis terisak-isak tersebab bangkunya dipenuhi taburan bunga mawar merah dan melati putih bersama secarik kertas yang bertuliskan Beristirahatlah dengan tenang walau di neraka sekalipun. Rasanya jantung Nadila seperti disayat-sayat belati lantas dibasuh air laut, begitu perih dan sakit. Bagaimana tidak? Mereka seolah-olah telah menganggapnya mati dan bangkunya adalah pusara yang mesti diziarahi.
Nadila yang kini tengah memegang erat boneka silikon yang sangat cantik, mengenakan dress warna hitam dengan rambut panjang yang menjuntai merasa tak habis pikir. Terbuat dari apa hati mereka sehingga begitu tega melakukan hal tersebut? Ini sungguh tak bisa diterima, sebab begitu sangat melukai hati dan jiwa, tak pikirkah itu? Dan kenapa tak ada satu pun orang yang mau peduli? Ah, semuanya sama saja, tak punya hati dan rasa. Ya, mereka adalah bualan.
Air mata Nadila terasa sangat panas, lalu berderai dengan deras. Namun, dengan segera ia menyekanya dan membersihkan bangkunya. Membuang semua kelopak-kelopak bunga ke tempat sampah seraya menghela napas panjang, mencoba untuk tabah dan menahan emosi. Sementara, teman-temannya yang lain sibuk berbincang-bincang tentang kutukan tahun kabisat yang selalu disangkutpautkan dengan iblis.
Tahun kabisat, tahun yang mengalami penambahan satu hari dibulan Febuari untuk menyesuaikan penanggalan dengan tahun astronomi.
"Ini tahun kabisat, berarti bentar lagi kutukan bakal datang ke kota kita."
"Bakal ada sekelompok remaja yang mati tanpa sebab karena dijadiin permainan iblis buat menuhin hasratnya yang nggak kecapai selama masih hidup.''
Iya, di setiap tahun kabisat, lebih tepatnya tanggal 29 Febuari selalu saja ada sekelompok remaja yang mati diwaktu bersamaan secara tiba-tiba dan tanpa sebab. Entah itu karena sebuah virus, dibunuh, keracunan, karena sebuah penyakit, kecelakaan atau hal lainnya? Para dokter tidak pernah menemukan sebab kematiannya, meski sudah dilakukan autopsi berulang kali dan itu sudah berlangsung selama 64 tahun terakhir ini sehingga menjadi sebuah misteri yang sangat besar bagi seluruh penduduk di kota ini, melahirkan terkaan-terkaan mistis di luar nalar.
Mereka akan ditemukan sudah tak bernyawa di atas tempat tidurnya dengan selisih waktu kematian berbeda beberapa menit dan jam. Bukankah itu adalah hal yang sangat aneh? Apa kalian percaya bahwa semuanya dikarenakan iblis? Apa benar yang mereka alami adalah sebuah kutukan? Ataukah ada hal lain, semacam penyebab penyakit yang belum diketahui oleh apa? Oleh sebuah virus mungkin?
"Mereka mati kayak mati dengan damai, tapi kata banyak orang mereka ngalamin hal yang ngeri sama menakutkan banget. Dan kalau ada yang selamat dari kutukan itu mereka jadi gila karena saking ngerinya. Kalau nggak gila, mereka bakal sakit selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun terus mati. Selain itu ada juga yang kayak mayat hidup, nggak berjiwa, nggak ada emosi. Bayangin sengeri apa permainan iblis!''
"Aku takut banget kita bakal kena kutukan itu dan mati.''
"Semoga aja dijauhin, amit-amit deh.''
"Aku sampai-sampai mimpi buruk.''
"Iya, bener.''
"Kenapa sih, kutukan itu harus terjadi di kota kita?''
"Katanya dulu ditahun 50-an ada remaja di kota ini yang sering dibully, mati dengan keadaan yang mengerikan karena penyakitnya. Terus habis itu dia jadiin teman-temannya sebagai permainan buat menuhin hasratnya selama hidup. Gak tahu itu sebagai bentuk balas dendam atau pencarian makna sampai berlanjut ke tahun-tahun kabisat selanjutnya dan warga beranggapan, kematiannya adalah kutukan bagi remaja-remaja di kota ini.''
"Kan yang bersalah teman-temannya, kenapa harus berlanjut?''
"Berarti dia cari makna dong, kalau gitu?''
"Hmm, bisa jadi. Nyari makna yang ia idam-idamin.''