Manusia pada dasarnya selalu berada dalam penjara dan tak pernah memiliki jaminan kebebasan, segalanya adalah aturan, hukuman, dan bahkan kutukan.
~Arius~
Jam pelajaran pertama kini tengah berlangsung dan terlihat Arius tak hentinya memerhatikan buku tanpa pengarang serta judul di atas meja Ailin itu sambil mengingat-ingat kapan dirinya melihat dan membacanya?
Ya, meski kepalanya jangar sedari tadi ia tetap berusaha karena merasa bahwa buku itu memiliki hubungan yang erat dengan mimpi buruknya, bekas cakaran dan lebam-lebam di tubuhnya, dengan tanda di dada kirinya, dan dengan kutukan tahun kabisat.
Airus pun membeliakkan mata sambil memegang dada kirinya, kini ia teringat kapan dan di mana membaca buku itu. Semua isi dari buku itu mulai dari prolog sampai epilog terangkai dengan baik di dalam otaknya.
Lantas, ia beranjak dan meminta izin kepada guru untuk pergi ke toilet karena ingin menenangkan diri dan mencoba untuk menerima kenyataan pahit yang menghantamnya saat ini.
Tak sampai lima menit, ia sampai dan langsung membuka pintu toilet serta memasukinya. Ketika itulah ia mendengar suara air menetes dari kran begitu jelas, clak ... clak ... calak ... sebab lenggang, tak ada siapapun selain dirinya. Entah ke mana siswa yang lain? Mungkin sibuk mencuri-curi untuk bermain android. Sibuk berbisik-bisik menggosipkan orang lain. Membicarakan idol dari Negeri Ginseng, oppa-oppa. Berpusing-pusing menyelesaikan perkara algoritma dan semacamnya. Memasang telinga baik-baik untuk mendengarkan lagu paling indah atau bahkan menyebalkan. Mengingat-ingat kata perkata yang telah lampau dicatat dan dibaca untuk ditulis kembali dalam bentuk jawaban dan sebagainya.
Arius membasuh wajah yang lantas ditatap dengan lekat-lekat di dalam cermin, kemudian menghela napas panjang sambil menyisir rambut dengan prustasi.
Terlihat di matanya ada keresahan, kesepian, kesedihan dan ketakutan yang amat dalam. Ia ingin lari dari itu semua, tetapi tak bisa, sebab sudah telanjur. Dan setelah dibui, tak ada kebebasan tanpa imbalan walau tak bersalah dan tak semestinya terlibat.
Ia melonggarkan dasi, lalu membuka kancing seragam dan menyingkapkannya, menampakkan sebuah lingkaran berukuran cincin dan berwarna merah di atas dada kirinya yang bidang.
Terlihat pula di dada kanannya terdapat bekas cakaran yang sudah menghitam, yang entah kenapa secara tiba-tiba ada setelah bangun dari mimpi buruk yang amat mengerikan serta menakutkan.
Ia bergumam sambil meneteskan air mata, "Kenapa?'' Sekali lagi ia menghela napas dan kali ini helaannya sangat kasar. "Kenapa harus masuk dalam jeratan kayak gini?'' teriaknya geram seraya mencoba menghapus tanda di dadanya dengan cara membakarnya dengan korek yang selalu ia bawa untuk merokok. Namun, semuanya percuma selain rasa sakit yang didapatkan. "Arghh,'' teriaknnya merasa kesakitan.
Ia kembali menatap tanda di dadanya itu yang telah sempurna terbakar dan ia sangat berharap dengan musnahnya tanda itu, semua hal buruk juga ikut menghilang dan kutukan tak akan datang untuk menebar ketakutan serta kesengsaraan.
Ririungan urang karumpul
Meungpeung deukeut hayu urang sosonoan
Airus mendengar seorang perempuan menyanyikan kawih sapu nyere pegat simpay itu dengan merdu dan indah diiringi oleh kecapi sehingga ia terbius. Ia pun segera menyeka air matanya dan keluar dari toilet, mengikuti sumber suara.
Mancakrama jeung babaturan
Urang silih tempas silih eledan
Moal lila jeung babaturan
Arius begitu terfana melihat seorang perempuan mengenakan gaun berwarna hitam terbuat dari bulu gagak yang kini berbalik padanya, di sebuah lorong.
Kecantikannya seperti lautan yang seketika mampu menenggelamkan, warna kulitnya seputih porselin, bercahaya dan begitu halus namun seakan-akan selalu haus. Matanya seperti berlian, biru dan menyilaukan. Rambutnya berwarna cokelat keemas-emasan, begitu cantik dan halus seperti hutan yang tengah kemarau.
Ia seperti malaikat, namun diwaktu bersamaan ia juga seperti Lamia. Putri dari Poseidon dan merupakan ratu yang cantik di Libya. Seorang iblis yang suka memangsa manusia.
Ya, seperti Lamia yang mampu memikat dengan sempurna sehingga laki-laki yang melihatnya dapat jatuh cinta seketika dan rela melakukan apapun. Dan tentu saja, Arius merasa jatuh cinta pula kepada kecantikannya itu sehingga tumbuh rasa untuk mengagungkannya. Ah, seperti narkoba, candu dan membuat sarap-sarap otak tak berfungsi dan jiwa menjadi gila.
Ia yang terus bermain kecapi dan menyanyikan kawih yang berisi ajakan untuk memanfaatkan waktu sebelum berpisah itu pun menyemburatkan senyuman, lalu beranjak menaiki tangga menuju rooftop.
Hiji wanci anu geus ditangtungkeun
Bakal pisah, bakal pajauh
Bakal mopohokeun katineung urang
Rambutnya yang panjang berayun-ayun seolah-olah mengikuti irama kecapi yang memabukkan. Gaunnya terlihat menyapu lantai dan anak tangga, begitu anggun dan memesona.
Sapu nyere pegat simpay