29 (Dua Puluh Sembilan)

Sri Winarti
Chapter #10

Episode 8

Dunia ini begitu kejam karena selalu saja ada orang-orang yang seperti sampah, tidak bisa memanusiakan manusia hanya karena memiliki banyak perbedaan. Mereka bilang hanya candaan tetapi menciptakan luka dan penderitaan. Mereka bilang tak apa-apa, hanya main-main tetapi setiap tawanya seakan-akan membunuh secara perlahan. Tak ada yang simpati, apalagi empati meski hati dan jiwa hancur.

~serpihan kata dari buku diary Prisilla~

Para tim SAR kini tengah melakukan pencarian ke tengah-tengah bendungan dengan harapan Prisilla segera ditemukan walau kecil kemungkinannya, karena hujan kini mulai turun dengan deras. Hal itu jelas saja akan sangat menghambat dan mempersulit dalam pencarian.


Sementara terlihat salah satu dari puluhan tim yang dikerahkan itu, berjalan ke tengah-tengah jembatan untuk mengambil tas milik Prisilla yang tergeletak dengan keadaan retsletingnya terbuka sehingga buku hariannya keluar. Tim SAR itu merasa penasaran dengan isinya, lalu ia membuka dan membacanya.

Ia merasa terkejut sekaligus iba, sebab begitu banyak penderitaan yang telah diterima Prisilla sehingga ia ingin membunuh semua teman-temannya, namun memilih berakhir bunuh diri karena memiliki banyak ketidakberdayaan.

Ya, Prisilla mungkin tak membunuh teman-temannya secara fisik, tetapi ia membunuh mereka secara mental dengan menumbuhkan penyesalan.

"Pantas saja anak ini bunuh diri, ia begitu depresi,'' gumamnya seraya menutup kembali buku harian milik Prisilla lalu bangkit dari jongkoknya.

Ketika itulah ia mendengar seorang perempuan berbisik tepat di telinga kanannya seiring dengan datangnya angin yang begitu kencang. " Carilah mayatnya tepat di bawah jembatan ini, di sampingnya dengan keadaan kaki diikat akar tumbuhan.''

Lantas tak lama dari itu petir mendegam dengan seiring dirinya berbalik dan ia melihat seorang perempuan berambut pendek lengkap mengenakan seragam SMA Tarumanagara yang tak asing lagi, berjalan telah jauh meninggalkan jembatan seraya membawa tas dan buku harian yang barusan dibaca olehnya.

Tim SAR tersebut pun mengalihkan pandangan ke tangannya, dilihatnya tas dan buku harian yang ia genggam tak ada.

Tiba-tiba, bulu kuduknya meremang dan ia tak bisa berpikir jernih. Apakah itu manusia atau wujud roh dari Prisilla? Menunjukkan bahwa jasadnya tepat berada di bawah jembatan untuk mempermudah para tim SAR menemukan mayatnya agar segera disemayamkan dengan baik dan layak.

Ia pun lekas-lekas meninggalkan jembatan dan turun menghampiri rekan-rekannya yang lain.

Hujan tak kunjung berhenti, malah semakin deras mengguyur seluruh kota sehingga menyulitkan para tim SAR untuk mencari Prisilla di dalam dasar bendungan. Mereka pun menghentikan pencariannya karena air bendungan mulai meluap.

Lihat selengkapnya