29 (Dua Puluh Sembilan)

Sri Winarti
Chapter #14

Episode 12

Kamu tahu, tujuan utama dari pertemuan itu apa? Ya, perpisahan. Jika kamu yang tak ditinggalkan, maka kamu yang akan meninggalkan. 


Setelah bangun dari tidurnya, semua siswa kelas XI Bahasa-5 dikagetkan dengan tanda lingkaran berwarna merah seukuran cincin di atas dada kiri, 5 centimeter di bawah tulang selangka. 

Apakah ini adalah tanda bahwa telah dikutuk? Pikir mereka merasa sangat takut dan resah. Beberapa di antara mereka menangis terisak, ada pula berteriak tak percaya dan menganggap ini hanyalah sebuah halusinasi, berkilah berulang kali. Namun, mau bagaimana? Nasib telah dituliskan dengan lingkaran tersebut.

Apakah sebentar lagi semua siswa kelas XI Bahasa-5 akan mati? Lalu jika hidup dan selamat dari permainan iblis, apakah kewarasan akan tetap terjaga? Apakah perempuan cantik yang datang memberikan setangkai bunga matahari itu adalah iblisnya? Seorang perempuan yang rasanya tak asing, Pikir Vanya seraya menatap jalanan memalui kaca jendela mobil seraya menderaikan air mata.

Ia tak siap jika harus mati. Ada banyak hal yang harus dilakukan dan dicapai. Apalagi mati dengan cara yang sangat-sangat mengerikan.

Vanya menghela napas, lalu memalingkan pandangan dari langit-langit yang nampak ceria dan dari matahari yang menari-nari. Ia dan teman-temannya merasa tengah melalui perjalanan menuju kematian, bukan ke sekolah lantas pulang lagi ke rumah. Mereka merasa tak bergairah sama sekali.

Terlihat di sudut lain, di dalam sebuah bus Alsa yang juga sama sedih dan khawatirnya baru saja usai menyelesaikan membaca buku tanpa pengarang serta judul itu.

Secara tiba-tiba ada seorang perempuan mengenakan dress berwarna navy duduk di sampingnya dengan seiring hawa dingin menyergap. Wajahnya tak begitu jelas dan bibirnya pucat serta kering. 

Alsa merasa pernah melihat perempuan itu, tetapi entah di mana dan kapan? Mungkin hanya perasaan saja. Lalu Alsa menawarkan minum padanya, mungkin dia tengah kehausan. Tanpa berbicara sepatah kata pun perempuan itu menerima dan meminumnya. Seiring itu air dalam botol mineral tersebut berubah menjadi cairan berwarna darah. 

Seketika Alsa tertegun diam, merasa takut, ngeri, jijik hingga jantungnya bergemuruh riuh bekerja sepuluh kali lipat. Keringat dingin pun bercucuran dengan deras, tubuhnya lemas dan gemetar. Terlebih tubuh perempuan itu perlahan-lahan membusuk dan mengeluarkan darah serta nanah, lalu dagingnya yang busuk berjatuhan ke bawah bersama matanya sehingga bergenangan membasahi sepatu Alsa. Selain itu semua tulisan dalam buku berubah menjadi, Ayo berteman dan bermain!

Alsa menjerit sekencang-kencangnya, tetapi suaranya sama sekali tak terdengar. Orang-orang seakan-akan tuli dan buta, tak melihatnya mengacungkan-acungkan tangan, memukul-mukul kursi meminta pertolongan kepada seseorang yang duduk di depannya.

Keringat dingin keluar secara bersamaan, membasahi badan. Napas terasa sesak, tenggorakan tercekat. Lantas, semua orang yang duduk di kursi berdiri dan berjalan ke arahnya dengan mata yang kosong serta berwajah pucat seraya menunjuk-nunjuk.

"Mati!'' kata mereka secara bersamaan.

Lihat! Wajah mereka berubah menjadi sangat mengerikan dengan berbagai wujud.

Ada yang berubah menjadi sosok pocong yang wajahnya sangat hitam lekat dengan mata putih secara keseluruhan. Kain kafannya sangat lusuh dan penuh darah. Ada pula yang berubah menjadi sosok kunti lanak berpakaian warna merah dan putih yang lusuh. Wajahnya ada yang sangat mengerikan dengan penuh luka dan darah, ada yang wajahnya hanya pucat. Sebagian lagi wujudnya tak berubah, melainkan membusuk secara perlahan dan mengelupas, menanggalkan tulang belulang sehingga bus penuh dengan darah, nanah, serta daging busuk, dan bola-bola mata yang berjatuhan. Beberapa pasang pun bergelinding ke arah kakinya.

"Arghh ....'' seketika jeritan Alsa terdengar nyaring dengan semua makhluk yang berada dipenglihatannya hilang, entah ke mana?

Lantas terlihat dari belakang sebuah tangan menyentuh bahunya membuat ia ketakutan kembali setengah mati dan merasa jantungnya tak lagi di tempat semestinya. Napasnya kembali terengah-engah.

"Nak kenapa?'' tanya seorang perempuan paruh baya yang duduk di belakangnya itu.

Lihat selengkapnya