"Sejak awal ini salah, kita batalin aja ritualnya!'' sekali lagi Vanya mencoba memberi pengertian kepada teman-temannya.
"Ritual ini harus tetap dijalanin.'' Karisa bersikeras.
"Kita gak harus sejauh ini, kita cuman perlu nyiptain makna aja dan ngisi kekosongan dari lingkarang sebagai awal dan akhir."
"Vanya, Vanya, Vanya,'' geram Misbah semakin prustasi. "Persetan sama itu semua, kita cuman perlu selamatin diri dari sekarang.''
"Tapi coba pikirin orang tua Lalita, mereka bakal menderita. Kehilangan adalah hal tersakit,'' isak Danista ikut bersimpati.
Lalita harus mencari cara untuk lepas dari cengkeraman Gusti bagaimana pun caranya dan ia harus kabur sejauh mungkin karena ia tak mau mati di tangan siapapun. Sementara, terlihat Helen sahabatnya sejak kecil merasa tak berdaya dan hanya bisa menangis terisak memikirkan kemalangan Lalita. Ya, sudah sejak awal ritual ini tak boleh ada.
"Udah Gus, ayo kita bawa!'' titah Jeno dengan seiring Lalita menginjak kaki Gusti dengan keras, lalu ia menyikut perutnya dan berlarian kembali.
"Gusti, lemah banget sih jadi cowok!'' gusar Audri yang kemudian berlarian mengejar Lalita bersama teman-temannya yang lain.
Terlihat Helen, Vanya, dan Ara tertegun diam. Mereka tak tahu harus bagaimana? Semua teman-temannya benar-benar keras kepala dan egois, tak peduli orang lain harus menderita asalkan diri mereka selamat.
Lalita terus berlari sekuat-kuatnya dan sementara Audri tengah membagi-bagi kelompok untuk mengepung Lalita dari berbagai arah, sebisa-bisa mereka harus menangkapnya sebelum jam 12 malam. Bagaimana pun ritualnya harus tergelar.
Brak ... Lalita terjatuh sehingga sikutnya berdarah dan ia merasa tak sanggup lagi untuk berlari, namun ia tak mau harus tertangkap pula terlebih langkah Aldi, Jeno, dan Faye sudah mendekat. Lalita mencoba bangkit dan kembali berlari sekuat tenaga sehingga sampailah di depan sebuah hutan yang besar dan luas.
Ia benar-benar kehilangan arah dan bingung antara masuk atau mencari jalan yang lain. Jika masuk ke hutan ia tak tahu bahaya apa yang menantinya. Pastinya di hutan sebesar ini ada binatang buas. Jika diam lalu tertangkap maka akan menjadi kurban dan jika masuk maka tak menutup kemungkinan menjadi santapan, bukankah itu adalah cara mati yang sama-sama mengenaskan?
"Lalita!''
Lalita mengalihkan pandangan dan jantungnya semakin bergemuruh riuh, keringat dingin benar-benar telah membuat seluruh tubuhnya yang tak mau berhenti bergemetar basah. Ia menelan saliva seraya membulatkan tekad, lantas masuk ke dalam hutan.
"Shit, ke mana dia?''